Tentang Pengusaha

Rangkuman :

Bagi teman-teman yang ingin menjadi pengusaha, berikut ini ku rangkum beberapa hal yang diperlukan untuk menjadi pengusaha, antara lain:

  • Keberanian
  • Kemauan yang keras dan konsisten
  • Kerja Keras dan cerdas
  • Memiliki Inisiatif untuk menjadi yang pertama
  • Memiliki Semangat untuk menjadi yang terbaik
  • Kreatif yang menjadikan dirinya Berbeda
  • Lingkungan yang mendukung
  • Mimpi yang besar
  • TARGET yang TERUKUR dan BERANI
  • ....
apa lagi?

Tentang Nikah

Ada dua Syarat untuk menikah, kata seorang teman suatu hari. Syarat pertama adalah Status, dan kedua adalah Mapan.

Status berkenaan dengan pekerjaan, 'baju seragam dinas' dan yang sejenisnya, sedangkan
Mapan, berkenaan dengan kondisi perekonomiaan. Masih menurut beliau, bahwa mapan itu sudah punya tabungan, punya rumah, kendaraan sendiri dan yang sejenisnya.

aku tersenyum,

Ku katakan padanya, "jadi, kalo begitu, aku belum 'pantas' untuk menikah?"
"kenapa?"
"Karena, sampai hari ini, aku belum mempunyai 'status' dan 'tidak mapan'"

Ya, jika itu memang menjadi syarat nikah (menurut teman ini), maka memang benar, aku belum 'pantas' untuk menikah...hehe, aku belum punya status (kantor, seragam dinas dan sejenisnya) dan aku belum mapan, jangankan rumah dan isinya, tabungan di bank, malah hutang yang ku punya...hehe

* buat temanku ini, hati-hati dengan pikiranmu, karena ia menentukan nasibmu... buat apa kita mengkhawatirkan masa depan yang tidak jelas, atau menyesali masalalu...lupakan semua, yang perlu kita lakukan hari ini adalah berbuat saja yang terbaik, insyaAllah, Allah akan memudahkan urusan kita.

Masih tentang Kerja

"Aku sudah mengirim lamaran ke 30 perusahaan di Medan ini, dari 30 itu, yang dipanggil cuma 10 dan dari yang 10 itu, aku di terima di 1 perusahaan. sekarang, akupun keluar dari perusahaan itu, karena gak cocok juga kerjanya."

Itu kata teman se-kostku dulu saat kami bertemu di depan papan pengumuman Pusat Jasa Ketenagakerjaan (PJK) Universitas Sumatera Utara. Satu hal yang ku catat, bahwa "mencari kerja" itu memang sulit. Mungkin itu juga sebabnya hingga hari ini aku tidak mencari pekerjaan. Aku berusaha mengembangkan pola pikir terbalik yang bagi sebagian besar orang 'ngaco atau gila'. Aku tidak mencari pekerjaan, tapi aku berusaha untuk "menciptakan" pekerjaan, minimal untuk diriku sendiri.

Dahulu, sewaktu masih kuliah, sebuah fakta yang agak menyedihkan bahwa kebanyakan pengangguran yang ada di negeri ini, adalah mereka-mereka yang mengenyam pendidikan tinggi. Seharusnya, pola pikir mereka jauh lebih baik dari mereka yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.

Itulah, sampai aku punya pemikiran bahwa, "Masalah pengangguran di Indonesia tidak akan pernah selesai, jika angkatan kerja di negeri ini berpikir mencari pekerjaan, karena jumlah lapangan kerja tidak akan mampu menampung mereka. Sebaiknya, masing-masing kita, minimal mampu untuk hidup 'mandiri' dengan usaha sendiri, jika belum mampu menciptakan lapangan kerja."

Medan, Desember 2010


Akhirnya ku temukan beberapa alasannya, mengapa sebagian besar orang tua kita, menginginkan kita -anaknya- menjadi pegawai atau karyawan di sebuah perusahaan selepas --daripada menjadi wiraswasta/ pengusaha-- kita menyelesaikan pendidikan formal kita.

  1. Mereka menginginkan kita tidak sulit-sulit 'mencari uang' , cari yang pasti-pasti aja.
  2. Mereka banyak melihat orang-orang (terutama anggota keluarga yang lain) GAGAL dalam usahanya menjadi wiraswasta.
  3. Mereka ingin agak kita memiliki jaminan hari tua, sama seperti mereka (yang PNS)
  4. Sayang ijazah yang sudah di dapat dengan susah payah, bertahun-tahun dan jauh-jauh (bagi yang merantau.
  5. Kalau nanti sakit, gimana? siapa yang ngurus...?

atau ada kawan-kawan yang memiliki jawaban lain...?

Pesan Mama

"Wanita itu banyak bek, tapi yang bisa di jadikan istri yang sebenar-benarnya itu tidak banyak, itulah makanya syarat 'agama' menjadi mutlak, jangan cari istri yang gak baik agamanya...hidupmu akan dibuat sulit olehnya." (pesan mama)


Aku tersenyum mendengar petuah mama pagi itu, sambil duduk ditepian tempat tidurnya, menemani beliau yang harus banyak beristirahat.


Pikiranku berputar, mencoba mengenang beberapa kejadian yang menimpa -- paling tidak --dua orang yang pernah ku kenal. Katakanlah si A dan si B. Si A, belum memiliki pekerjaan yang 'tetap', setiap ada 'proyek' dan ia dilibatkan ia berusaha untuk ikut, sembari menunggu lowongan di tempat yang lain. Saat ini ia sudah berkeluarga, dan memiliki satu anak. Istrinya juga bekerja, memiliki usaha sendiri di rumah. Dan sepengetahuanku, 'pemahaman agama' pasangan ini tergolong baik. Sampai akhirnya, aku menemukan, bahwa si A ini harus 'membuat masalah' dengan temannya sendiri, terkait masalah -maaf- uang. Aku yang mendengar cerita tentang masalah ini, sedikit terperangah, kok bisa...?


Bukan maksud untuk meng-ghibah-, namun sebagai pelajaran saja. Beberapa waktu kemudian, aku mengetahui duduk perkaranya, ternyata 'sang istri' menuntut lebih dari si suami -Si A-, sehingga si A agak nekat melakukan tindakan yang kurang baik, apalagi sampai ia harus 'mengkhianati' kepercayaan temannya tadi.


Begitu juga yang menimpa si B, yang merupakan pengalamanku sendiri. Sama seperti A, si B sudah berkeluarga dan telah memiliki seorang anak. Si B, bekerja sebagai pedagang dan sedang memulai usaha budidaya -ikan-. Lalu, karena ada temanku yang memiliki usaha sejenis, maka ku kenalkanlah si B ke temanku tadi dan akhirnya mereka sepakat untuk kerjasama.


Menurut penuturan temanku, bahwa Si B menyanggupi untuk sama-sama membangun usaha di bidang budidaya ikan tersebut. Temanku juga sudah memberikan gambaran, bahwa dia masih merintis usaha ini dan yakin bahwa prospeknya bagus untuk ke depannya. Si B, sepakat dan mengerti keadaan ini. Kesepakatan ini terjadi sekitar 2 bulan yang lalu. Dari yang kulihat, usaha mereka semakin membaik, pasar semakin besar, omzet meningkat. Namun, tetap saja belum terlalu besar. Akhirnya temanku ini mencoba meningkatkan produksi dengan menambah investasi, Si B-pun telah sepakat untuk menjadi 'mandor' di kolam yang baru.


Hari baru berganti beberapa kali, belum masuk hitungan 2 minggu, si B tiba-tiba mengundurkan diri. Temanku ini awalnya kelimpungan juga, karena tugas telah di bagi dan masing-masing pihak sepakat dengan tugas itu, tiba-tiba di satu sisi menggundurkan diri.


Temanku ini menceritakan perihal masalahnya, ku katakan, "boi, itulah, tidak banyak orang yang bisa bersabar membangun usaha dari nol, kebanyakan maunya ketika sudah besar. Apalagi mereka yang sudah berkeluarga, punya tanggungan anak dan istri, sulit bekerja dengan 'bayaran' seadanya, walau kita sama-sama -percaya- keadaan akan segera membaik, tapi tidak serta merta langsung baik."


"Satu lagi, mungkin beliau sudah mulai di desak 'tanggungannya', sudah di tanya, Mana hasil kerjanya? Dan lain sebagainya, sayangnya hal itu gak bisa di tunda. Bisa di tunda, jika si Tanggungan, mau sedikit mengerti dan bersabar sebentar..."


aku teringat pesan mama, "Wanita itu banyak bek, tapi yang bisa di jadikan istri yang sebenar-benarnya itu tidak banyak, itulah makanya syarat 'agama' menjadi mutlak, jangan cari istri yang gak baik agamanya...hidupmu akan dibuat sulit olehnya."


ya, jika memang 'dia' baik agamanya, maka semua urusan akan menjadi lebih mudah. karena ia akan bersabar di saat sulit dengan mempertebal sikap qonaah, dan akan bersyukur saat keadaan lapang, insyaAllah.


*sedang mencari wanita yang bisa di jadikan istri yang sebenar-benarnya, seperti keinginan mama

Inang; Lirik

Inang...
Boasa ma tangishonnonmu, Sude sidangolon hi
Inang..., Boasa ma sai sol-solanmu
Sude sidangolon hi, Sude halungunan hi

reff.
Arian nang bodari, ale inang
Ilum sai maraburan...
Sibara lapa-lapa, ale inang
Unang be sai sol-soli

Inang...
Sai tangianghon ahu da inang da, Borum na dangolon
Inang..., Apusima ilum inang da
Sude hu taon do i, Pasonang ma roham

Arian nang botari, ale inang (2X)
Hu ida ilum i, Asak ni rohami,
Unang sai marsak ho (2X)
Inang..., Inang..., Hasianhu...

Adong do ahu manogu ho
Adong do ahu, a baen mengke-engkel rohami
Pasonang ma roham (3X)

Inang...(4X), Inang, Pasonang ma roham.

Kebayang Gak..?

Kawan,

Pernahkah terlintas dalam pikiranmu, bahwa engkau akan memiliki pendapatan Rp. 36.000,-/ Bulan...? di tahun 2010...

Kalau aku, tidak pernah terlintas. hehe,

Ini bukan di negeri dongeng, ini nyata, dan ini adalah 'gaji' seorang guru, di sebuah sekolah swasta di satu sudut negeri ini. Pernah aku bertanya kepada beberapa guru di sekolah itu, apakah mereka memiliki pekerjaan lain selain mengajar, atau mengajar di tempat lain...? Sebagian besar mereka menjawab, "tidak!" wow... luarbiasa bukan.

Yang hadir dalam pikiranku selanjutnya, luarbiasa mereka bisa bertahan hidup dengan itu... AKu berbaiksangka bahwa 'mereka' tetap memiliki pendapatan tambahan diluar mengajar, karena hampir mustahil bisa bertahan hidup dengan 'gaji' sebesar itu.

Pikiran liarku selanjutnya adalah mereka begitu luarbiasa, bisa bertahan bekerja dengan bayaran sebesar itu, apakah mereka tidak terpikir untuk mencari pekerjaan lain yang lebih layak...?

ah... mungkin jawaban "mereka" sama seperti pertanyaanku kemarin-kemarin...

"bukankah manusia hidup ingin bahagia...?"
"dan aku,... bahagia dengan kehidupanku saat ini,..."
"apakah jawaban ini tidak cukup kawan...?"

... (2)

Malam itu, adalah malam menjelang acara pernikahan adikku. Aku, harus pulang dari pengembaraanku di negeri orang. Harus, karena tanpaku acara tidak akan berlangsung.


Di depan rumah, sudah dipasang 'tenda biru' sederhana, ya sederhana sekali. ku lihat bapak, duduk sendiri memandangi halaman yang tak terlalu luas dengan tatapan kosong, aku tak tau apa yang ada dipikirannya. Satu yang ku tahu, bahwa beliau sangat bahagia. Ah, ... sepertinya beliau tidak pernah bersedih, hanya bahagia yang selalu terpancar dari wajahnya.


Ku ambil kursi dan mulai duduk di dekatnya. Aku tidak berkata-kata, melihatku duduk didekatnya, bapak mulai bercerita. Ya, tanpa ku minta, bapak menceritakan banyak hal, tentang masalalu, tentang sejarah, tentang dia, tentang keluarga, tentang kebanggaannya kepada kami, tentang orang-orang yang bertemu dengannya, tentang..., tentang semuanya... Sepertinya beliau tak pernah kehabisan bahan cerita.


Dan seperti tahun-tahun yang lalu, jika aku pulang, atau adikku pulang, kami selalu menyempatkan diri untuk duduk bersama bapak, menemaninya di malam hari yang sejuk, di teras rumah, ditemani nyamuk yang berhenti bernyanyi di telinga, hanya untuk mendengarkan beliau bercerita. Kegiatan yang tidak pernah kami tinggalkan setiap kami pulang ke rumah.


Dan malam ini, aku duduk di depannya, tanpa berkata, beliau memulai cerita... aku hanya diam, sesekali tersenyum, mengangguk, memasang wajah senang dan tanpa komentar, sesekali aku bertanya untuk memperjelas cerita. dan waktupun terus bergulir, menelan malam, hingga semakin pekat, saatnya untuk tidur. Sedangkan bapak hanya berkata, "udah tidur sana."


Tidak harta, tidak pangkat yang beliau tinggalkan untuk kami, tapi pelajaran tentang kesederhanaan, pelajaran tentang menerima hidup ini dengan ikhlas, pelajaran tentang bagaimana untuk selalu optimis, berdoa di malam yang gelap, menyelipkan nama-nama orang yang kita cintai dalam setiap doa kita, pantang menyerah, terus bekerja menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, walau begitu banyak hal yang mencoba menghalangi.


"Bapak doakan ibek jadi asisten" itu kata beliau saat aku pulang suatu kali

"Ya alhamdulillah... sekarang ibek udah jadi asisten pak, koordinator malah..." jawabku, beliau tidak menjawab, hanya senyum yang merekah dan mata yang berkaca-kaca menanggapi pernyataanku.


Malam ini, kembali ku kenang beliau, merindukan saat-saat duduk berdua di teras rumah, malam-malam, ditemani sejuknya udara malam, nyamuk yang tak berhenti bernyanyi, mendengarkan cerita-cerita beliau tentang hidup, cerita-cerita yang telah menjadikanku seperti sekarang ini.

Terima Kasih

di awal tahun baru ini, saya hendak mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah menyempatkan waktu untuk berkunjung ke blog sederhana ini, saya berharap, bahwa hadirnya blog ini dapat menjadi teman dan sumber inspirasi dalam menjalani kehidupan ini. saya menyadari banyak hal yang kurang bermanfaat yang akhirnya ikut tertuang di dalam blog ini, untuk itu saya mohon maaf. sekali lagi, saya ucapkan terimakasih.

* selama blog ini hadir, sudah lebih dari 2000 kunjungan, terimakasih, sebuah angka yang fantastis buat saya pribadi

salam

www.boemikoo.blogspot.com

Niat Di awal Tahun Baru 1432H

Alhamdulillah, Allah masih memberi kita kesempatan untuk menghirup udara di hari ini, pagi ini, di tahun yang baru. Banyak hal telah terlewati di tahun-tahun yang lalu, baik suka maupun duka. Semua itu menjadi bagian sejarah hidup kita yang akan membumbui masa depan kita, nanti.

Seiring dengan bertambahnya usia, bergulirnya waktu, ada baiknya kita terus menerus memperbaiki niat agar tercipta kehidupan yang baik. karena semuanya tergantung dari niat kita, baikkah atau burukkah? Dan biasanya, hasil akhir dari langkah kita, amat ditentukan oleh niat awal yang kita pancang di dalam relung hati. Untuk itu, kawan, akupun hendak memperbaiki dan menyusun 'niat' di tahun yang baru ini.

Yang menjadi Niatku di tahun yang baru ini adalah :

- Menginjakkan kaki di seluruh provinsi di pulau sumatera
- Semoga Allah yang Agung, memberikan jodohku di tahun ini,
- Meningkatkan Jumlah produksi AJS menjadi 10 kali lipat
- Menyusuri pantai Lampung, Mulai dari Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan
- Menambah jumlah tenaga kerja menjadi 10 orang
- Meningkatkan penjualan menjadi 4 kali lipat
- Menambah jumlah mitra kerja menjadi 4 mitra
- Memperluas jaring pemasaran, dari 3 agen, menjadi 8 Agen
- Punya Kamera DSLR (dah lama niatnya)
- Ini dulu

inilah niatku di awal tahun 1432 H, kalau kamu, apa niatmu?

Salam Bahagia

pengelola
www.boemikoo.blogspot.com

Catatan Akhir Tahun

Ku baca lagi buku inspiratif ini, buku yang akhirnya mengubah haluan hidupku. Sangat radikal, yang sering memicu sedikit 'ketegangan' dengan orang yang paling kucintai dan ku hormati, mama. Buku yang tidak terlalu tebal, ditulis dengan hati - apa yang diberikan dari hati, maka akan sampai ke hati -, berdasarkan pengalaman pribadi langsung dan detail.

Buku sederhana itu judulnya adalah "Leaving Microsoft To Change The World". Kisah si penulis - john wood-, eksekutif microsoft, mengepalai pemasaran microsoft untuk wilayah asia pasifik dan berkedudukan di sidney, australia.

Kuingat sekali bahwa buku ini adalah hadiah dari teman-teman KAMMI USU dan Formasi USU dalam kegiatan Bakti Sosial di Panti Asuhan Bani Adam, Mabar Medan, awal tahun 2009. Kebetulan dalam acara itu, aku mendapat tugas untuk berbagi cerita dengan anak-anak panti. Tak lama dari acara itu, aku memutuskan untuk 'pulang kampung' ke tanah kelahiranku dan memulai hidup di sana.

Maret 2009

Adalah bulan pertama aku memulai hidup di Lampung. Dengan titel sarjana teknik yang menempel di belakang namaku, besar harapan orang tuaku (terutama ibu) agar aku mendapatkan pekerjaan yang layak dan gaji yang cukup.

Namun, sayangnya, buku ini terlalu kuat mempengaruhiku. Bagaimana tidak, seorang eksekutif microsoft dengan gaji yang sangat besar, fasilitas keliling dunia, tempat tinggal, saham perusahaan dan bonus-bonus yang berlimpah, serta satu lagi usia yang baru memasuki angka 30-an tahun. BERANI mengambil langkah RADIKAL dengan keluar dari Microsoft, dan memulai hidup sebagai PENGANGGURAN demi menjalankan proyek 'buku' untuk anak-anak miskin di Himalaya. Semua orang pasti akan menggelengkan kepala, saat ia sedang dalam posisi yang -bagus-bagusnya-, justru ia keluar.

Buku ini yang akhirnya 'memaksa'ku untuk membuat Langkah Besar dalam hidupku. Menyusuri jalanku sendiri, mandiri, tidak terikat dan tidak bergantung dengan orang lain. Langkah yang menurut 'kebanyakan orang' agak gila dan tidak mungkin.

Di awal langkah dulu, itu pula yang hadir di dalam benakku, tidak percaya diri, ragu-ragu dan sedikit takut. Namun, di sisi yang lain diriku, mengatakan bahwa, "apa yang tidak mungkin bagi Allah, jika ia menghendaki. Bukankah jika kita bersungguh-sungguh maka Allah 'pasti' akan memberikan hasil yang sepadan? Ambil langkah dulu, kemudian liat hasilnya, kemudian evaluasi, kemudian baru buat langkah yang baru"

Dan suara kedua yang lebih dominan dan memenangkan diriku.

Jadilah, aku seperti apa yang anda lihat sekarang. Kerjanya jalan-jalan, kadang-kadang berpanas-panas ria, hingga kulitku yang sudah coklat makin gelap, kadang harus berhujan-hujan ria demi memenuhi pesanan dari orang-orang yang mempercayakan kebutuhannya kepadaku dan lain-lain.

Desember 2010

Setidaknya hampir 2 tahun, aku melangkah di jalan yang ku buat sendiri. jujur, tidak sedikit modal yang harus kukorbankan, mulai dari fisik, pikiran, waktu, dan materi. Jika ku hitung-hitung yang telah kukeluarkan, hasilnya sekarang belumlah sepadan, tapi aku yakin bahwa inilah jalan tercepat yang harus kutempuh demi mewujudkan apa yang menjadi cita-citaku.

Di akhir tahun 2010 ini, ada banyak yang sudah kulakukan, namun banyak pula yang terlewatkan. Banyak target yang tercapai, namun banyak juga target yang meleset. satu kalimat yang sering ku bisikkan ke dalam hatiku, "Ini hanya masalah waktu saja, cepat atau lambat, semua yang kita inginkan akan segera terwujud atas izin Allah, Allah hanya akan memberikannya di waktu yang tepat."

Akhirnya, aku ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah banyak membantuku, baik tenaga, materi, waktu dan sebagainya. Untuk orang tuaku yang sudah 'mengizinkan' aku menentukan langkahku sendiri, untuk teman-teman di kotabumi yang terus mendorongku agar jangan menyerah, teman-teman maya dan nyata di jejaring sosial -terimakasih untuk inspirasinya-, buat teman-teman di medan, USU, KAMMI, Teknik, Teknik Industri, Indekost, Gg Sipirok no 10, Bandung, teman-teman yang banyak membantu di Andalas Jamur Sejahtera (AJS) Workshop dan lain-lain. terimakasih.

* gak ada salahnya pula, jika ku sarankan teman-teman untuk membaca buku itu, asli inspiratif, jika tidak salah review buku ini sudah ku tulis di blog ini, coba lihat di kategori buku.

** linknya http://boemikoo.blogspot.com/2009/06/membangun-organisasi-yang-kuat.html
http://boemikoo.blogspot.com/2009/04/meninggalkan-microsoft-untuk-mengubah.html

Masih Ku ingat

Sering Kali saat sedang berkumpul, engkau bercerita betapa sulitnya saat mengandungku dulu, nyaris keguguran, dan paling sulit saat persalinannya. Aku hanya tersenyum. Maklumlah anak pertama setelah menanti hingga 4 tahun lamanya.

Di tanggal 23 April 198... pukul 20.30 di sebuah rumah sakit, Maria Regina namanya, atau biasa kami menyebutnya dengan RS Xaverius kotabumi, aku di lahirkan.

Ku coba lagi mengingat masa-masa yang telah lalu dalam perjalanan hidup kita, beban terasa semakin berat, saat Papa, lelaki yang menjadi sandaran hidupmu pergi mendahului kita untuk selamanya. Saat itu, aku beru saja berusia 2,5 tahun, dan adikku baru saja berusia 1 tahun kurang 5 hari... namun, engkau terus berjalan, walau harus sendiri, walau jauh di rantau.

ku ingat saat Engkau bercerita, 'kamu tuh, nyusunya kuat." Dulu di akhir tahun 80-an, saat gaji PNS tidak seberapa, berjuang seorang diri membesarkan dua anak, engkau membuka jasa jahitan di samping mengajar. "uang hasi jahit ya, untuk beli susu kamu."

engkau sering bercerita, betapa seringnya ku bertanya, "Ma, papa kemana?"
"papa udah pergi duluan jauh di syurga."
"kapan ibek ketemu papa?"
"nanti, kalo kita semua udah meninggal."
"kapan kita meninggal ma?"
"nanti..."
dan pertanyaan ini selalu berulang, karena anakmu ini sering heran, mengapa teman-temannya punya orang yang di panggil 'Papa' sedang aku tidak.

Masih ku ingat, engkau menggendongku saatku sakit, sedangkan waktu itu aku sudah 4 tahun. menggendong dari rumah ke tepi jalan raya, menunggu mobil angkutan dan menuju puskesmas, waktu itu rumah kita jauh sekali dari kota.

masih ku ingat, kerasnya engkau mengajarku membaca Al Qur'an, baru sekarang ku sadari nikmat bisa membaca firman Tuhan Kita...

masih ku ingat, saat menjelang tidur, engkau mengulang-ulang bacaan surat-surat pendek dari Qur'an yang akhirnya kami hafal, menjadi teman dalam sholat-sholat kami hingga hari ini.

masih ku ingat, dan akan selalu ku ingat semuanya, semua petuah, semua mimpi yang kau bisikkan kepada kami di setiap malam menjelang tidur kami.

sampai hari ini, ku lihat, engkau tetap tegar, membesarkan kami semua, sedangkan kami tak juga mampu membuatmu tersenyum, masih saja menyusahkan.

maafkan kami ma, yang belum juga membuatmu bahagia.

* Buat Mama, semoga segera di beri kesembuhan, Ya Allah sembuhkan mamaku, sesungguhnya engkaulah pemberi kesembuhan...ampuni kesalahan dan kekhilafan selama hidupnya, hapus kesalahannya, ubahlah menjadi kebaikan-kebaikan...amin

...

Satu hal yang ku ingat selalu darimu adalah senyuman yang selalu menghiasi wajahmu. Seakan beban hidup yang ada di dunia ini kau anggap hanya angin lalu saja. Tidak pernah sekalipun ku mendengar keluhan yang keluar dari bibirmu, semua hanya yang senang-senang saja, walau aku tahu betul beban hidupmu sangat berat.

Selalu menikmati hidup dan berbagi kesenangan dengan orang-orang di sekelilingmu. Sulit sekali menemukan orang yang menjadi 'musuh' mu, semua yang pernah berinteraksi seakan lupa dengan kesalahan-kesalahan yang kau buat. Mereka semua bahagia, karena engkau selalu menyebarkan kebahagiaan.

Itulah, saat engkau lahir, semua orang tertawa, tersenyum dan hanya engkau yang menangis, tapi lihat lah, saat engkau pergi meninggalkan dunia ini, meninggalkan kami semua, engkau sendiri yang tersenyum, sementara kami semua menangisi kepergianmu. Masjid ini, menjadi saksi bahwa ruangannya tak mampu menampung kolegamu yang ingin ikut serta menyolatkanmu, sebuah penghormatan akhir. Lihatlah, tanah pemakaman ini, menjadi begitu ramai oleh teman-temanmu yang ikut serta mengantarkan hingga tempat peristirahatan akhirmu.

Tinggallah kami yang mengambil hikmah dari perikehidupanmu, selalu tersenyum, bahagia, tidak pernah mengeluh, nikmati hidup, sebarkan kebaikan di setiap tempat yang engkau singgahi, dan berdoa dalam diam, dalam sunyi malam untuk kebaikan saudara-saudaramu.

*catatan singkat tentang bapak, setelah lebih setahun yang lalu beliau mangkat

Ini AKU, bukan KAMU, atau DIA

Hari ini, banyak sekali teman-temanku yang berjuang untuk mendapatkan satu kursi di jajaran 'abdi negara'. Hampir seluruh teman, yang telah lulus D3, S1 dan sederajat, hari ini berbondong-bondong menuju tempat ujian yang telah di tentukan. Hanya beberapa gelintir orang yang kebetulan 'tidak ada formasi' atau 'tidak punya ijazah', yang akhirnya tidak berangkat menuju lokasi ujian yang 2 hari lalu di pampang di koran-koran daerah.


aku, termasuk satu yang tidak ikut berangkat meramaikan lokasi-lokasi ujian.


Banyak orang yang bertanya kepadaku, 'ikut tes CPNS?' atau 'ambil di mana?' dan beberapa pertanyaan sejenis. ku katakan, 'aku gak ikutan'. Pertanyaan selanjutnya sudah bisa ku tebak, "kenapa?" Ku katakan, 'Tidak tertarik." Bagi mereka yang sudah mengetahui kegiatan harianku, mereka mengomentari, 'ya, usaha jalan, PNS juga jalan.' Masuk akal juga.


Aku mencatat, sejak aku tamat kuliah -di tahun 2008- setidaknya sudah 3 kali tes CPNS baik daerah maupun pusat yang ku lewatkan. di samping itu juga, aku sudah melewatkan beberapa lowongan pekerjaan di beberapa perusahaan besar dan BUMN. ku lihat, teman-teman seangkatanku sudah mempunyai jabatan yang lumayan di perusahaan bonafid, di BUMN, punya gaji yang besar, dan bisa 'nikah' dengan wanita pilihannya.


Aku? aku masih di sini, membangun mimpi yang -absurd- menurut sebagian besar orang, tidak masuk akal bagi -hampir- seluruh keluarga besar ibuku, dan aneh. Kenapa? mereka menjawab, "kamu kan, sarjana, teknik lagi, dari kampus besar lagi, pinter, berprestasi, apa lagi?"



Bahkan kakak iparku yang bisa di bilang -pengusaha sukses- heran, melihatku dari sebuah kota besar dengan banyak peluang, dengan titel sarjana teknik dari kampus terkemuka, pulang kampung. Pulang ke daerah yang sangat sulit untuk diharapkan untuk maju. Seharusnya, kata beliau, aku sudah memiliki posisi yang cukup lumayan di sebuah perusahaan besar, bukan berpeluh keringat, bermandikan terik mentari, kadang kedinginan di terpa hujan, bukan.



sering ku katakan, "Bukankah kita hidup untuk bahagia?", aku yakin mereka yang di tanya pasti akan menjawab satu kata singkat, "Ya."



dan ku katakan, "Hari ini, aku sangat bahagia, menjalani kehidupanku saat ini."
apakah, jawaban ini tidak cukup, kawan...?



Terkadang kita, Terlalu panik dengan masa depan membuat kita tidak lagi ingat bahwa kita harus menikmati masa sekarang. (debu terbang)

Ternyata Semudah Yang Ku Bayangkan

Antitesis atas tulisan yang pertama, “ternyata tidak semudah yang ku bayangkan.” Dalam tulisan ini, saya tersadar dari sebuah sms dari teman baik saya. Saat tesis di atas saya ganti menjadi ‘ternyata tak sesulit yang kubayangkan’, ia mengatakan bahwa, tema-nya telah positif, namun dalam redaksi yang negative dan tetap memberikan hasil yang negative. Coba ganti, “ternyata semudah yang kubayangkan”, dengan tema yang positif, didukung dengan redaksi yang positif pula, tentunya akan membawa hasil yang positif, insyaAllah.

Tanya Kenapa?

Seorang bapak bertanya padaku, kenapa ya, orang-orang yang kuliah, punya keterampilan, setelah tamat, justru sedikit yang mengembangkan usaha dari keterampilannya itu, kenapa mereka justru sibuk nyari kerja, jadi pegawai, karyawan, atau PNS?

Kenapa ya? Aku juga bingung menjawabnya. Ku katakan saja bahwa aku tidak tahu. Masing-masing orang memiliki pilihan sendiri dalam hidupnya. Yang dengan pilihan itu ia bisa hidup bahagia. Sebagian orang (tamatan kuliah, punya keterampilan) merasa untuk apa harus berlelah-lelah membangun usaha, jika kita bisa bekerja di perusahaan yang bonafid, yang dengan gajinya kita cukup untuk hidup.

Memang jalan berpikir masing-masing orang berbeda. Mereka memiliki kepala yang berbeda. Bahkan dua orang kembar identik saja, biasanya memiliki jalan berpikir yang berbeda satu sama lain.

Jadi, memang sulit mencari jawaban pasti pertanyaan di atas. Mudahnya, kembalikan saja ke pribadinya masing-masing. Siapa yang biasa untuk hidup ‘aman’ cukup jadi pegawai, insyaAllah anda aman. Setiap bulan ada uang gaji, fasilitas kesehatan. Rumah (mungkin) dan fasilitas lain. Namun, jika anda senang menghadapi tantangan, menyenangi ketidakpastian dan siap untuk hidup dengan penghasilan yang tidak terbatas, senang membantu orang lain (dalam artian membantu dari segi ekonomi, bukan hanya dengan sedekah, tapi pekerjaan) ada baiknya anda menjadi pengusaha.

Satu hal lagi, pilihan hidup tadi juga menentukan kualitas hidup kita. Siapa saja yang bersungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan jalanNya untuk kita, percayalah. (agustus-2010)

Kekuatan Inisiatif

Mungkin ini dia perbedaan mendasar orang-orang yang mengalir di dalam darahnya semangat enterpreneur dengan yang tidak. Kecepatan dalam bertindak, saat melihat ada peluang baik di depannya. Ia lebih mendahulukan intuisinya dalam mengambil keputusan. Jika dalam pikirannya ia mampu dan yakin berhasil, maka tidak ada salahnya jika hal itu ia lakukan.

Ini satu hal yang ku tangkap dari seorang kepala desa. Beliau adalah kepala desa wonomarto di prokimal lampung utara. Darinyalah aku banyak belajar tentang bertindak cepat saat melihat ada peluang baik, sekecil apapun peluang itu. Selanjutnya serahkan hasilnya kepada Yang Diatas.

Beberapa hari yang lalu saat aku mengunjungi rumahnya di pedalaman prokimal. Ku tangkap semangat itu, yang juga menular kepadaku. Luarbiasa, beliau masih muda, berperawakan tinggi besar, persis sekali dengan semangatnya yang menggebu-gebu. Di tunjukkan beberapa usahanya yang telah ia rintis, baik yang ada hasilnya atau yang tidak ada hasilnya. Sampai akhirnya ia ingin memfokuskan diri mengembangkan usaha di bidang jamur tiram. Dan sangat kebetulan kami memiliki jenis usaha yang sama. Sehingga telah tercapai sebuah kesepakatan lisan antara kami berdua, bahwa kami akan bekerja sama secara serius mengembangkan usaha ini.

Ya, sebagai seorang pengusaha, apalagi yang masih terhitung baru, ada baiknya kita terus mengasah intuisi kita dalam bertindak. Karena banyak penemuan besar itu bukan dari pemikiran yang mendalam, tapi melalui kilatan pikiran yang muncul selintas, kemudian kita merasa itu baik dan dapat dikerjakan, kemudian langsung diambil tindakan segera. Masalah hasil? Kita perbaiki sambil berjalan. Yang penting adalah sungguh –sungguh dan fokus.

Senyum = Energi Positif

Kadang, kondisi jiwa ini naik turun. Terkadang ia naik, begitu bersemangat, termotivasi dan tidak kenal kata menyerah, serta memiliki energi yang begitu besar. Kadang juga ia turun, tidak bersemangat, loyo dan inginnya selalu menyendiri dan tidur.

Ternyata, kondisi jiwa kita dapat kita buat menjadi selalu optimis, selalu bersemangat dan positif serta berenergi. Caranya sederhana, mulai hari anda dengan senyuman, kemudian tarik nafas dalam-dalam, hembuskan pelan-pelan dari mulut. Sembari berkata ke dalam pikiran kita “hari ini begitu indah dan menyenangkan.”

Saat kondisi melemah menghampiri anda, ada baiknya anda kembali tersenyum, kemudian tarik nafas pelan dari hidung, hembuskan pelan dari mulut. Maka rasakan energi positif akan memenuhi jiwa anda.

Belajar (Catatan Hari2 'katanya' Pengusaha)

Belajar itu seperti apa yang ku katakan di beberapa tulisan sebelum ini. Ia seperti air yang tak kenal lelah mengalir, terus menerus. Ia tak akan berhenti jika akhirnya ia membentur sesuatu, ia akan mencari jalan untuk bisa melewatinya, apakah lewat atas, bawah, samping kanan atau kiri. Hingga akhirnya ia menemukan sungai yang mengantarkannya ke Laut. Apakah ia berhenti? Ternyata tidak, lewat bantuan matahari ia memulai lagi langkah-langkahnya.

Ya, belajar tak mengenal kata berhenti, jika ia berhenti, maka ia akan seperti air yang menggenang, tidak mengalir. Ia akan membusuk, dan menjadi sumber berbagai penyakit. Dan satu hal lagi, air yang mengalir akan terus suci zatnya, walau ada kotoran yang mengalir bersamanya.

Itulah sebabnya dalam Islam kita mengenal sebuah sabda nabi SAW yang begitu masyhur, menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Hanya kematian yang mengakhiri ini semua. Ya, hanya kematian. Sebelum kita mati, maka belajar harus terus kita lakukan.

Itu pulalah sebabnya, kita, manusia, diberikan otak yang ternyata memiliki daya tampung yang tidak terbatas. Paling tidak hingga sekarang belum ada satupun ahli yang dapat memberikan angka pasti, berapa besar daya tampung otak manusia. Karena, otak manusia akan terus berkembang, jika ia terus dikembangkan. Sehingga, kata belajar itu memiliki arti kurang lebih seperti ini, melihat, mendengar, merasakan, kemudian mencoba, lalu setelah mencoba kita menghadapi masalah, menyelesaikan masalah tersebut, kemudian bertemu masalah lain, kemudian diselesaikan lagi, hingga akhirnya didapatkan hasil yang paling optimal dari upaya penyelesaian itu.

Setidaknya aku dapat menarik sebuah kesimpulan, bahwa belajar itu tidak pernah mengenal kata berhenti. Beda lubuk, beda pula ikannya. Artinya dengan masalah yang sama, namun pada waktu yang berbeda, akan ada perbedaan cara menyelesaikannya.

Seperti halnya menjadi pengusaha, ini adalah profesi yang tidak pernah mengenal kata berhenti dari mencoba, dan terus mencoba. Baik hal baru atau memodifikasi yang pernah dilakukan oleh orang lain. Ketika seorang pengusaha berhenti dari upaya mencoba, maka sebenarnya ia sedang menggali kuburnya sendiri. Walaupun kita melihat ia (baca : pengusaha) telah menyatakan diri pensiun. Ia mungkin dapat pensiun dari pekerjaannya, namun aku yakin ia tidak akan pernah mampu mempensiunkan otaknya, hasratnya untuk mencoba hal baru. Karena bagi mereka, hidup seperti itu-itu saja adalah hal yang paling membosankan di dalam hidup mereka.

Inilah akhirnya kata yang coba ku maknai dan coba kulakukan terus menerus, sampai akhirnya aku menemukan jalan yang paling optimal, efektif dan efisien. Sebagai newby di real world, enterpreneur, aku harus banyak belajar, membuka lebar-lebar mataku, telinga, dan otakku. Kemudian mencoba, memodifikasi, dan akhirnya harus ku temukan formula terbaiknya.

Oh ya, buat teman-teman yang ingin mengikuti jalan kami ini, ada baiknya anda siap untuk berpeluh keringat dalam kegiatan belajar ini. Agar anda tidak berdarah-darah dalam pertempuran yang sebenarnya.