Pak Tua dan Orang Bule

MOBIL yang kutumpangi mogok. Artinya aku akan terlambat sampai di Bukit Tinggi. Jarak yang tersisa tinggal 5 jam perjalanan lagi. Mungkin sore baru masuk Bukit Tinggi, biasanya sampai di Bukit Tinggi pagi menjelang siang. Sambil duduk di tepi jalan, aku sempatkan untuk ngobrol dengan seorang bapak-bapak yang usianya sekitar 60 tahunan.

Si bapak pernah bekerja dengan seorang ‘bule.’ Beliau tidak pernah menduduki bangku kuliah. Beliau hanya menamatkan sekolah menengah pertanian. Selesai sekolah beliau langsung bekerja di sebuah perkebunan milik pengusaha asing. Dari banyak karyawan, si bapak menjadi orang kepercayaan si bos. Beliau jadi sering menemani bos dalam perjalannya. Dalam perjalanan inilah ada beberapa hal menarik yang beliau catat.


“Bos bapak, kalau sampai di rumah makan, pertama sekali ia masuk ke dalam kamar mandi (WC)nya. kalau kamar mandinya bersih, ia mengajak bapak untuk makan. Kalau kamar mandinya jorok, ia tidak makan. Kalaupun minum, ia minum minuman dalam kemasan (botol).”


Kamar mandi menjadi tolok ukur kebersihan rumah seseorang. Pernahkah kita memperhatikan kebersihan kamar mandi di rumah kita? Betapa sederhananya pikiran bos bapak tadi. Tidak sulit menilai kebersihan rumah makan, cukup masuk ke kamar mandinya. Kita dapat menyimpulkan proses pembuatan makanan di rumah makan itu. Kebersihan adalah syarat mutlak untuk sehat. Bagaimana perhatian kita terhadap, maaf daerah pembuangan? Kalau daerah depan rumah wajar jika diperhatikan kebersihannya. Sekarang ada tantangan, kebersihan daerah ‘belakang.’

www.boemikoo.blogspot.com

Sholat dan Perjalanan

PERNAH gak kita bertanya, kok sulit sekali bagi kita untuk ‘meluangkan waktu’ menghadap Tuhan kita. Aku rasa tidaklah begitu lama kita diminta untuk ‘melapor’ lima kali dalam sehari. Kalau dipukul rata setiap orang menghabiskan waktu lima menit, maka dalam sehari kita tidak menghabiskan setengah jam!

Dibandingkan dengan waktu yang diberikan Allah dalam sehari yang dua puluh empat jam (1440 menit) atau hanya sekitar 1,736 % dari waktu sehari kita. Betapa pelitnya kita kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Bahkan Allah memberikan kemudahan bagi kita yang sedang dalam perjalanan (safar). Kita dibolehkan untuk menggabungkan dua waktu sholat dalam satu waktu. Tidak sampai di situ, Allah juga membolehkan untuk meringkas jumlah rakaat sholat yang empat menjadi dua. Kurang apa Allah kepada kita? Masihkah kita tega mengkhianati kasih sayangnya kepada kita?

Pemandangan ini sering aku temui dalam perjalananku, banyak penumpang yang satu mobil denganku tidak bergegas ke mushola terlebih dahulu, tapi sehabis dari kamar mandi langsung menuju ruang makan atau hanya duduk di depan rumah makan. Hanya 4-5 orang yang pergi ke mushola untuk sholat (hanya 10 % dari seluruh penumpang yang ada), sisanya lebih mementingkan perutnya. Dari 4-5 orang itu 80 persen-nya adalah orang tua. Nyaris tidak ada anak muda di dalamnya.

Kita tidak pernah tahu sampai kapan kita hidup. Khawatirnya dalam perjalanan ini Allah memanggil kita. Dan saat itu kita belum menunaikan kewajiban kita kepadaNya. Sepertiku katakan tadi, kurang baik apa Allah kepada kita, apalagi bagi kita yang sedang dalam perjalanan.

www.boemikoo.blogspot.com

Yang Penting Usaha Dulu

Ada sebuah hal yang menarik hari ini. Saya memiliki seorang teman yang menjalani kuliah dengan santai sekali. Seakan tidak ada beban yang menggelayut dalam hidupnya, walaupun kuliahnya terancam untuk tidak lulus. Ada saja yang ia lakukan untuk mengusir stres yang sedang dialaminya. Ia tidak peduli lingkungannya marah dengan tingkah lakunya, yang penting dia dapat mengusir suntuknya sendiri.

Kemarin saat kami mengerjakan laporan praktikum (kebetulan kami satu kelompok), laporan yang kami buat banyak salah dan perlu diperbaiki secepatnya. Dead linenya sudah hampir masuk dan asisten hanya memberikan batas waktu hanya dalam beberapa jam saja. Sedangkan perbaikan yang harus kami lakukan masih sangat banyak dan akan memakan waktu yang lama, kira-kira dengan batas waktu yang ditentukan itu kami tidak akan mampu menyelesaikannya.

Saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah saya akan gagal di modul praktikum ini. Saya sudah tidak mampu lagi untuk mengerjakan laporan tersebut. Mengingat waktu yang diberikan sangat singkat sekali. Di tengah keadaan saya yang hampir putus asa ini, si kawan ini berkata, “Yang penting kita usaha dulu.”

Subhanallah, saya seperti mendapat sengatan listrik tegangan tinggi mendengar kata-kata magis yang sering saya ucapkan untuk memberi semangat bagi teman-teman yang hampir putus asa. Sekarang saya mendengarkan dari seorang teman yang tidak pernah saya sangka. Saya seperti baru kali ini mendengar kata-kata itu.


“Yang penting kita usaha dulu.” Dengan itu saya kembali bekerja, walau dengan waktu yang tersisa tidak akan mungkin menyelesaikan laporan itu. sekali lagi saya tekankan pada diri saya bahwa saya harus berusaha dulu. Dan dengan pertolongan dari Allah, laporan kami tersebut selesai walau dengan keterlambatan sedikit, namun si asisten menerima laporan kami.


Berusaha dulu sampai kita tidak mampu lagi. Itulah sebabnya Allah lebih menilai sebuah proses ketimbang hasil. Keberhasilan itu bergantung pada sejauh mana usaha yang kita lakukan untuk mencapainya. Semakin keras usaha yang kita lakukan, maka akan semakin Allah mudahkan menuai hasilnya.

Dan kalaupun kita tidak berhasil, kita harus segera mengambil pelajaran dari kegagalan itu. jangan hanya menyalahkan orang lain atau lingkungan dengan kegagalan yang kita alami. Kita perlu mengitrospeksi, sejauh mana usaha yang kita lakukan. Mungkin saja kita belum sungguh-sungguh dalam bekerja, mungkin ada kesalahan yang kita lakukan saat melakukan pekerjaan itu.

Dan yang terpenting adalah bagaimana kita berpikiran positif terhadap takdir yang Allah berikan kepada kita. mungkin saja Allah memiliki skenario lain untuk kita, sehingga untuk kali ini Allah belum memberikan keberhasilan itu.

Terakhir, sejauh mana kita bersungguh-sungguh dalam berusaha lalu bertawakallah kepada Allah yang memiliki hak veto untuk menentukan ya atau tidak.

www.boemikoo.blogspot.com

Bag Kinantan,
Medan 23 Maret 2005

Berhenti Sejenak

Merenunglah, siapa orang yang kita cintai? Siapa saja yang memenuhi hati kita, menghiasai ingatan kita? Siapa saja yang menemani langkah hidup kita? Shalehkan, baikkah ia? Mengajak kepada keridhoan Allah atau tidak?


Ada sebuah persahabatan yang digambarkan Ali bin Abi Thalib, “Ada dua orang mukmin yang berteman. Salah satu diantara mereka meninggal lebih dahulu dan ia mendapat kabar gembira dengan syurga. Ketika itu ia ingat kepada temannya tadi, dan ia berdoa, ‘ Ya Allah, sesungguhnya si Fulan adalah temanku dan ia yang menganjurkanku berlaku taat kepada-Mu dan kepada rasulmu. Ia mengajakku untuk melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan yang mungkar. Dan ia yang mengingatkan akan perjumpaan dengan-Mu. Janganlah Engkau sesatkan ia sepeninggalku sampai engkau perlihatkan kenikmatan dan ridho yang Engkau berikan kepadaku.’ Maka Allah berkata, “Pergilah seandainya kau tahu apa yang Aku berikan kepadanya pasti engkau akan banyak tertawa dan sedikit menangis.” Dan mereka bertemu dalam kenikmatan.


Begitulah balasan bagi orang yang berteman dilandasi iman dan taqwa kepada Allah. Saling memberi nasihat dalam kebaikan, kesabaran, dan kasih sayang. Semua itu akan membawa kepada keridhoan Allah kepada kita.


Sangat disayangkan ketika kita berteman hanya mengharapkan sesuatu yang tidak kekal adanya. Sesuatu yang tidak bernilai di hadapan Allah nantinya, yaitu pertemanan yang hanya dilandasi oleh nafsu yang akan menjerumuskan ke lembah kehinaan terdalam.


Semoga kita mampu mengisi hidup dan kehidupan kita dengan berteman, bersahabat dengan orang-orang yang kan menyelamatkan kita dari Azab yang pedih, Insya Allah.

Getar Kehidupan

Aku ingin berjalan bersama hatiku
Sebab kesendirianku dalam tapak-tapak ini
Haruslah punya makna…
Di sana gelombang menyanyikan riak harapan
Bahwa bahtera haruslah tetap di dayung
Sampai pulau harapan
Maka tersenyumlah ketika
Simpuhmu bermakna untuk kehidupanmu
Mampu menembus makna cinta yang kau
Cari hakikatnya


(Rajab Polpoke “Ambon Manise”)

Medan,22.00 WIB
20 Maret 2006

Aturan Pertama Hot Marketing

-Nama (Merek) yang Gak Rumit-

Sering kali kita membuat sebuah nama atau merek. Seperti dalam memberikan nama pada blog, nama usaha seperti rumah makan, warnet, dll. Tanpa kita sadari ternyata kita membuat sebuah nama yang sulit untuk diingat. Padahal untuk dapat terus eksis kita perlu memiliki sebuah nama yang tidak hanya “menjual” namun juga mudah diingat. Sehingga para konsumen kita akan sangat mudah untuk memberikan rekomendasi yang diarahkan ke tempat usaha kita.

Nama yang rumit adalah nama yang mengabungkan 2 unsur yaitu huruf dan angka. Otak manusia cenderung lebih menyukai nama-nama yang disusun oleh unsur huruf saja. Jalinan angka yang ada di belakang huruf kadang agak sulit diingat karena otak cenderung untuk mengabaikannya. Sebuah keberuntungan bagi kita jika nama usaha atau merek yang kita miliki tidak digunakan oleh orang lain. Jika ada yang mirip, bisa berabe juga urusannya.

Ada banyak conton nama yang agak sulit diingat seperti “Pempek Joni 899”, Bakso Kikil 313, Bakso Tulang 42132, dan lain-lain. Coba anda bandingkan dengan “Pempek Joni”, “Bakso Kikil”, atau “Bakso Tulang”, mana yang lebih mudah diingat? Pasti yang tidak memiliki unsur angka di dalamnya. Jadi catatan pertama dalam pemberian nama atau mereka usaha atau blog atau apa saja, sebaiknya gunakan unsur huruf saja, karena hal itu lebih mudah diingat oleh otak pelanggan kita.

Coretan di Pinggir Jalan “Coretan Pertama”

Kuambil 17 Juni 2003 sebagai awal perjalananku yang sesungguhnya. Mengapa? Di hari ini ku tinggalkan semua kenangan di kota kelahiranku, Kotabumi. Pada tanggal 17 Juni ini aku resmi menjadikan diriku sebagai ‘anak rantau’. Sebuah pembuktian bagi seorang laki-laki (menurutku). Berdasarkan cerita dari ibuku, “Anak laki-laki tidak ada yang tinggal di kampung (baca: rumah), yang tinggal di kampong adalah anak perempuan.” Anak laki-laki harus merantau, mengadu nasibnya di negeri orang. Oleh sebab itu ibuku tidak pernah menahan-nahan kepergianku. Bahkan beliau yang merekomendasikanku untuk memasukkan Medan sebagai salah satu nominasi kota yang akan aku datangi.


Awalnya, tidak pernah ada pikiran bahwa aku akan melanjutkan hidupku di Medan. Sebuah kota yang sangat asing bagiku, yang ku ketahui hanya “kerasnya” kota ini. Seperti yang digambarkan dalam film-film dan cerita-cerita yang ku baca. Namun, disitulah bentuk perjuangannya, unik dan menantang untuk laki-laki sepertiku.


17 Juni 2003 adalah momentum awal bagiku untuk menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Laki-laki adalah sosok yang mandiri, bebas dan bertanggung jawab. Ditemani selaksa doa dari orang tua, adik-adik dan teman-temanku, ku kuatkan hati menatap masa depan, Medan. Akan ku tinggalkan masa laluku di Kotabumi, biarkan ia menjadi bagian perjalanan hidupku yang akan berguna di masa yang akan datang.

Tulisan ini sudah lama ingin kutulis. Hanya saja baru sekarang berhasil ku laksanakan. Seperti memunguti kerikil-kerikil di tepi jalan yang pernah aku lalaui. Melihat usiaku yang masih 24 tahun, jelas belum begitu panjang perjalananku, masih banyak jalan yang belum aku lalui. Tapi aku hanya ingin menulis, itu saja.

Dan, ini adalah sebuah coretan-coretan sepanjang perjalananku menuju Medan. Ini hanya kerikil-kerikil di pinggir jalan, yang secara tidak sengaja aku kumpulkan, kali aja ada gunanya nanti.

Aku teringat sebuah kisah, seorang musafir yang mengumpulkan kerikil-kerikil di setiap sungai yang ia lewati. Anehnya ia hanya mengumpulkan tanpa tahu apa gunanya. Ia hanya menuruti saran orang tua yang ditemuinya di jalan. Akhirnya setelah lelah ia memanggul kerikil-kerikil itu ia tertidur. Saat terbangun ia menemukan bahwa batu-batu itu bersinar, mengkilap, terkena sinar rembulan. Tahulah ia bahwa kerikil-kerikil itu adalah intan yang mahal harganya. Dan aku berharap kerikil di pinggir jalan yang tidak sengaja aku kumpulkan ini nantinya bermanfaat. Semoga.


Nb. Ini adalah tulisan pengantar dari kumpulan tulisan coretan di pinggir jalan, yang aku kumpulkan satu persatu dari pinggir jalan...mulai sejak 17 Juni 2003 hingga sekarang, sempat terhenti selama beberapa waktu, semoga Allah memudahkan di waktu-waktu yang akan datang

Akhirnya

Akhirnya tembus juga angka seribu, 1000, pengunjung dari indonesia...
semoga kehadiran boemikoo.blogspot.com banyak memberikan manfaat buat teman-teman yang sudah berkenan hadir di blog sederhana ini...


salam hangat

Bag Kinantan, ST