Lelaki Tua dan Perempuan Berbaju Ketat

Matahari sudah mulai meninggi, panas menyengat mulai terasa. Kulihat jam di HP, sudah menunjukkan pukul 11.15. aku berdiri di depan sebuah toko emas, di pasar kotabumi. Tujuanku hari hanya satu, menemani ibuku untuk menjahit sepatu yang sudah mulai rusak, kalau di sini namanya nge-sol sepatu.

Sambil menunggu ku pinjam Koran pemilik toko emas, berita hari ini adalah tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga cici paramida. Cici ditabrak suaminya sendiri, saat memergoki suaminya sedang bersama wanita lain. Tetapi yang lebih menarik perhatianku adalah hasil-hasil pertandingan di piala konfederasi di Afrika Selatan.

Bersamaku, ada seorang lelaki muda tinggi, sepertinya sedang menunggui istrinya yang sedang asyik tawar-menawar harga emas. Kemudian ada seorang laki-laki tua dengan kaos warna merah, bertopo coklat, duduk di sebuah kursi, tepat di sebelah lelaki muda, ada juga tukang sepuh emas dan tentunya tukang sol sepatu yang sedang menjahitkan sepatu yang dibawa ibuku.

“Oi.. pak kamu ini sudah tua, sebentar lagi udah mau mati, jangan macem-macem ngeliatnya.” Terdengar seorang perempuan dengan baju ketat, dan rok mini turun tergesa-gesa dari motor bebeknya. Perempuan ini marah-marah kepada pak tua berbaju merah bertopi coklat yang duduk di sebelah lelaki muda. Jujur, aku agak kaget. Perempuan itu masuk ke toko emas sambil terus menunjukkan sikap tidak simpatiknya.

Tidak sampai 2 menit, ia meninggalkan toko, masih sibuk dengan omelannya yang sama dengan ketika dia datang, “Kamu itu sudah tua pak, sebentar lagi mau mati.” Cerocos perempuan yang gak tau adat tadi. Wanita itu pergi membawa motornya sambil diikuti pandangan tidak suka dari orang-orang di sekitar kami tadi. Aku sibuk memperhatikan pak tua berbaju merah bertopi coklat. Ia seakan tidak percaya akan dimarahi seorang perempuan yang lebih pantas disebut cucunya. Aku kembali sibuk dengan Koran yang sedang kubaca.

Aku teringat sebuah kisah nyata di Mesir. Kala itu ada perempuan muda berpakaian seronok naik sebuah angkot, kemudian di nasehati salah seorang lelaki tua yang ada di angkot itu. Namun ia justru balik menghardik lelaki tua itu. Dan mengatakan kata-kata yang sama dengan perempuan berbaju ketat di pasar tadi. Orang-orang terkejut dengan sikap perempuan itu. Ketika ia turun dari angkot, tiba-tiba ia tersambar petir dan mati seketika. Aku berharap bahwa Allah kiranya dapat memberikan sebuah pelajaran kepada perempuan berbaju ketat itu agar segera mendapat hidayah, tidak harus disambat petir.

Aku tersenyum mengingat itu semua, aku berharap bahwa kejadian ini tidak terjadi pada anggota keluargaku. Semoga Allah menjaga kami semua dari perbuatan yang tercela tersebut. Amin.

MEMBANGUN ORGANISASI YANG KUAT

Ketika saya membaca buku yang ditulis oleh John Wood, saya menemukan beberapa catatan yang ia buat. Catatan itu tentang bagaimana organisasinya ini dapat mendunia. Saya tidak ingin terlalu luas berbicara ‘dunia’, namun kita akan berbicara bagaimana membangun organisasi kita menjadi kuat. Tentunya untuk membangun sebuah bangunan organisasi yang kuat, harus memiliki pondasi yang kuat pula. Organisasi yang dimaksud di sini adalah organisasi bisnis atau organisasi sosial. Dan pondasi-pondasi itu adalah empat hal (plus dua) yang akan saya ceritakan di sini.

1. Berorientasi pada hasil
Produktivitas seseorang atau organisasi terlihat dari hasil-hasil kerja yang mereka lakukan. Hasil-hasil ini tentunya adalah hasil-hasil kerja positif. Banyak terjadi hari ini organisasi yang ada hanya banyak melakukan pekerjaan namun sedikit dalam output kerja mereka. Mungkin sebagian dari kita masih berorientasi pada proses. Ada jargon yang sering kita dengar bahwa, “yang paling penting adalah prosesnya, hasil itu ngikut sendiri.” Jargon ini ada benarnya dan tidak selamanya benar.
Memang kita harus memperhatikan proses dari pekerjaan kita, proses yang salah akan mempengaruhi hasil. Namun, melulu menikmati proses juga bukan pekerjaan yang produktif. Tetap ada target-target output dari pekerjaan yang kita lakukan. Tetap ada target-target pencapaian waktu penyelesaian pekerjaan. Kehidupan yang dinamis saat ini memaksa kita dan organisasi kita untuk cepat merespon apa-apa yang terjadi di lingkungan kita. Keterlambatan respon atas kejadian-kejadian di sekeliling kita akan menyebabkan organisasi kita semakin tertinggal dan ditinggalkan. Ingat bahwa waktu tidak pernah menunggu.
Kita harus mengubah pola pikir kita yang tadinya ‘baru’ berorientasi pada proses menjadi orientasi kepada hasil kerja. Hal ini dilakukan bukan berarti menghalalkan segala cara untuk mencapai semua target yang telah kita canangkan. Namun tetap memperhatikan input dari proses dan proses itu sendiri. Hanya saja, proses yang kita lakukan dipaksa (kalau boleh begitu bahasanya) untuk mencapai target output dan target waktu yang telah ditetapkan di awal. Kegiatan ‘memaksa’ di sini dapat dipandang sebagai upaya-upaya seperti memperbaiki kualitas input, memperbaiki kualitas proses pengerjaan dan perbaikan-perbaikan lainnya. Hal ini semata-mata dilakukan untuk mengikuti cepatnya gerak langkah lingkungan tempat kita tinggal saat ini.

2. Jangan menyepelekan data
Informasi adalah salah satu input dalam proses pengembangan pribadi atau organisasi. Informasi yang bertebaran di sekeliling kita adalah makanan yang harus di konsumsi demi meningkatkan daya saing organisasi. Orang-orang yang ketinggalan informasi dengan sendirinya akan tercecer dari persaingan global.
Data adalah penyusun informasi itu sendiri. Dari data yang akurat maka akan didapatkan atau dihasilkan informasi yang akurat. Terutama bagi organisasi bisnis, data adalah makanan yang harus selalu dikumpulkan dan dimakan. Dari data ini keluarlah strategi-strategi untuk memenangkan persaingan.

3. Pekerjakan orang-orang cerdas
Meletakkan orang-orang cerdas di posisinya adalah cara yang paling efektif dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Banyak organisasi yang gagal beroperasi karena diisi oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan di bidang tersebut. Untuk itu di awal sangat penting bagi organisasi untuk melakukan seleksi yang ketat dalam menempatkan orang-orang yang bekerja dalam organisasi.
Selain itu, orang-orang yang cerdas akan memiliki energi yang jauh lebih besar dibandingkan orang-orang biasa di sekelilingnya. Akan ada selalu diskusi yang hangat ketika kita sedang membahas sebuah masalah. Akan banyak ide-ide bermunculan saat mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapi oleh organisasi.
Dan satulagi, orang-orang cerdas akan sangat mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang senantiasa berubah. Mereka akan mudah untuk terus belajar dan belajar menghadapi tuntutan perubahan lingkungan.

4. Bangun loyalitas orang-orang anda
Organisasi akan maju jika diisi (selain orang cerdas) oleh orang-orang yang loyal. Namun, membangun loyalitas adalah sebuah pekerjaan yang sulit dan memakan waktu yang tidak sebentar. Dengan menerapkan trik ini, anda akan dapat membangun loyalitas orang-orang anda. Langkah yang harus anda ambil hanya satu, yaitu : Anda harus menunjukkan loyalitas anda kepada orang-orang anda. Bagaimana caranya? Caranya adalah hargailah keberadaan mereka, jangan menganggap diri kita lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan mereka. Pandanglah mereka sebagai rekan kerja. Tindakan nyatanya adalah sering-sering ajak bawahan anda untuk makan bersama, olahraga bersama atau kalau perlu anda ajak ke rumah, ajak menginap dan makan di rumah anda. Dengan demikian mereka akan merasa sangat dihargai dan mereka akan balik menghargai anda sebagaimana yang anda lakukan padannya.

5. Ciptakan suasana kerja yang dinamis
Pada dasarnya, manusia itu senang dengan kehidupan yang menantang dan dinamis. Jika kita membaca ulang sejarah kehidupan kita, kita akan menemui sebuah fakta bahwa sejak masih berbentuk sel sperma, kita telah berkompetisi untuk mendapatkan satu tempat di dunia ini. Dan kita membuktikan bahwa kita berhasil untuk hadir di dunia. Namun, saat kita terlahir, iklim kompetisi itu terasa terus berkurang.
Sama ketika kita melakukan kerja-kerja di organisasi, ketika iklim kompetisi (yang positif tentunya) itu hadir di tengah-tengah organisasi, setiap anggota organisasi akan berusaha untuk ikut ambil bagian. Untuk membuktikan ini, anda perlu menguji cobakan teori ini.

6. Bangun jaringan
Jaringan kerja adalah penguat eksistensi kita. Sekuat apapun modal dan fisik kita, jika kita kerja sendiri, maka hanya kehancuran yang akan kita temui. Beton, dinding itu kuat karena ada jaringan antara pasir, semen, air, batu, besi dan batu bata. Jika saja air tidak hadir maka tidak akan ada bangunan yang berdiri. Begitu juga saat kita membangun sebuah tim atau organisasi.

Inilah enam bagian yang dapat kita lakukan guna menciptakan organisasi yang tangguh. Keenam ini adalah bagian kecil dari berbagai tips untuk membangun sebauh organisasi yang kuat. Yang perlu dilakukan saat ini adalah segera mengambil tindakan nyata guna mewujudkan apa-apa yang kita cita-citakan.