Pesan Mama

"Wanita itu banyak bek, tapi yang bisa di jadikan istri yang sebenar-benarnya itu tidak banyak, itulah makanya syarat 'agama' menjadi mutlak, jangan cari istri yang gak baik agamanya...hidupmu akan dibuat sulit olehnya." (pesan mama)


Aku tersenyum mendengar petuah mama pagi itu, sambil duduk ditepian tempat tidurnya, menemani beliau yang harus banyak beristirahat.


Pikiranku berputar, mencoba mengenang beberapa kejadian yang menimpa -- paling tidak --dua orang yang pernah ku kenal. Katakanlah si A dan si B. Si A, belum memiliki pekerjaan yang 'tetap', setiap ada 'proyek' dan ia dilibatkan ia berusaha untuk ikut, sembari menunggu lowongan di tempat yang lain. Saat ini ia sudah berkeluarga, dan memiliki satu anak. Istrinya juga bekerja, memiliki usaha sendiri di rumah. Dan sepengetahuanku, 'pemahaman agama' pasangan ini tergolong baik. Sampai akhirnya, aku menemukan, bahwa si A ini harus 'membuat masalah' dengan temannya sendiri, terkait masalah -maaf- uang. Aku yang mendengar cerita tentang masalah ini, sedikit terperangah, kok bisa...?


Bukan maksud untuk meng-ghibah-, namun sebagai pelajaran saja. Beberapa waktu kemudian, aku mengetahui duduk perkaranya, ternyata 'sang istri' menuntut lebih dari si suami -Si A-, sehingga si A agak nekat melakukan tindakan yang kurang baik, apalagi sampai ia harus 'mengkhianati' kepercayaan temannya tadi.


Begitu juga yang menimpa si B, yang merupakan pengalamanku sendiri. Sama seperti A, si B sudah berkeluarga dan telah memiliki seorang anak. Si B, bekerja sebagai pedagang dan sedang memulai usaha budidaya -ikan-. Lalu, karena ada temanku yang memiliki usaha sejenis, maka ku kenalkanlah si B ke temanku tadi dan akhirnya mereka sepakat untuk kerjasama.


Menurut penuturan temanku, bahwa Si B menyanggupi untuk sama-sama membangun usaha di bidang budidaya ikan tersebut. Temanku juga sudah memberikan gambaran, bahwa dia masih merintis usaha ini dan yakin bahwa prospeknya bagus untuk ke depannya. Si B, sepakat dan mengerti keadaan ini. Kesepakatan ini terjadi sekitar 2 bulan yang lalu. Dari yang kulihat, usaha mereka semakin membaik, pasar semakin besar, omzet meningkat. Namun, tetap saja belum terlalu besar. Akhirnya temanku ini mencoba meningkatkan produksi dengan menambah investasi, Si B-pun telah sepakat untuk menjadi 'mandor' di kolam yang baru.


Hari baru berganti beberapa kali, belum masuk hitungan 2 minggu, si B tiba-tiba mengundurkan diri. Temanku ini awalnya kelimpungan juga, karena tugas telah di bagi dan masing-masing pihak sepakat dengan tugas itu, tiba-tiba di satu sisi menggundurkan diri.


Temanku ini menceritakan perihal masalahnya, ku katakan, "boi, itulah, tidak banyak orang yang bisa bersabar membangun usaha dari nol, kebanyakan maunya ketika sudah besar. Apalagi mereka yang sudah berkeluarga, punya tanggungan anak dan istri, sulit bekerja dengan 'bayaran' seadanya, walau kita sama-sama -percaya- keadaan akan segera membaik, tapi tidak serta merta langsung baik."


"Satu lagi, mungkin beliau sudah mulai di desak 'tanggungannya', sudah di tanya, Mana hasil kerjanya? Dan lain sebagainya, sayangnya hal itu gak bisa di tunda. Bisa di tunda, jika si Tanggungan, mau sedikit mengerti dan bersabar sebentar..."


aku teringat pesan mama, "Wanita itu banyak bek, tapi yang bisa di jadikan istri yang sebenar-benarnya itu tidak banyak, itulah makanya syarat 'agama' menjadi mutlak, jangan cari istri yang gak baik agamanya...hidupmu akan dibuat sulit olehnya."


ya, jika memang 'dia' baik agamanya, maka semua urusan akan menjadi lebih mudah. karena ia akan bersabar di saat sulit dengan mempertebal sikap qonaah, dan akan bersyukur saat keadaan lapang, insyaAllah.


*sedang mencari wanita yang bisa di jadikan istri yang sebenar-benarnya, seperti keinginan mama

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat