Banyak orang yang mengatakan kepadaku mereka ingin menjadi seorang pengusaha, sama seperti apa yang sedangku jalani sekarang. Rata-rata mereka yang mengatakan bahwa mereka ingin jadi pengusaha adalah teman-teman yang sebenarnya sudah punya pekerjaan yang relative tetap. Aku tak ingin menebak-nebak apa yang bergelayut pada pikirannya, saat berkata kepadaku, “bang, pengen jadi pengusaha seperti abang. Ajari ya..bang pengalamannya?” Aku hanya tersenyum.
Memang bagi sebagian orang ‘awam’ melihat bahwa profesi sebagai pengusaha sangat menjanjikan. Kita memiliki kebebasan waktu, kebebasan mengatur penghasilan,bahkan kita bisa menjadi salah satu solusi bagi negeri, menyediakan lapangan pekerjaan. Ya, memang seperti itu adanya. Kami, yang saat ini punya ‘pekerjaan’ sebagai pengusaha, memang memiliki kebebasan dalam mengatur waktu, kebebasan mengatur penghasilan, dan membantu kehidupan orang lain untuk dapat memiliki pekerjaan atau pengalaman kerja.
Namun, untuk menjadi seorang pengusaha yang ‘sukses’, kita harus melalui berbagai macam rintangan, yang kalau hendak ku tuliskan di sini, tidak akan cukup. Terkadang, kebanyakan orang hanya melihat ‘ujung’ dari kondisi pengusaha yang terbilang sukses tadi. Kebanyakan kita jarang sekali melihat proses menjalani hari-hari sebagai pengusaha. Ada banyak hal yang akan memakan berlembar-lembar kertas untuk menceritakannya. Cerita yang menggambarkan bahwa hari-hari sebagai pengusaha itu benar-benar tidak mulus-mulus saja.
Ada banyak hal yang harus dikorbankan di awal usaha kita mendirikan usaha, bahkan harga diri yang kita agung-agungkan, harus sedikit kita turunkan. Title sarjana atau apapun namanya harus kita lupakan, dan cerita sukses kita sebagai pelajar dan mahasiswa harus kita tinggalkan di rumah. Satu langkah kita keluar dari pintu rumah, dan menjalani hari sebagai pengusaha, adalah hari tanpa identitas, tanpa gengsi, tanpa gelar tanpa semua embel-embel yang biasa melekat pada diri kita. Inilah dunia nyata yang ibarat rimba raya, hanya mereka yang kuatlah yang akan bertahan dalam seleksi alam ini. Menurut sebuah penelitian, hanya 10 orang dari 100 orang yang mampu menggapai sukses saat menjalani kehidupan sebagai pengusaha, 90 lainnya, melalui seleksi alam yang ketat, mereka hilang di telan gelombang pasang kehidupan.
Hati-hati dengan keputusan-keputusan hidup anda. Indah memang jika kita membayangkan ujung dari kehidupan sukses sebagai pengusaha. Namun, jika memang keinginan menjadi pengusaha itu hanya sebagai pelarian atas kondisi ‘pekerjaan’ yang saat ini kurang ideal, ada baiknya anda berpikir ulang.
Setiap orang yang menemui jalan sukses dalam perjalanan karirya adalah mereka yang menganggap bahwa meniti karir ini sebagai panggilan jiwa, apakah karir itu sebagai karyawan atau sebagai pengusaha. Karena dengan hal ini, panggilan jiwa, kita akan memiliki kesabaran yang berlapis-lapis.
Saya melihat, bahwa kesabaran berlapis-lapis inilah salah satu modal utama untuk menemukan jalan sukses anda. Jika anda telah memilikinya, saya yakin anda akan menemui jalan kesuksesan anda sendiri. Dimanapun itu, pekerjaan apapun itu, pengusaha atau karyawan.
Memang bagi sebagian orang ‘awam’ melihat bahwa profesi sebagai pengusaha sangat menjanjikan. Kita memiliki kebebasan waktu, kebebasan mengatur penghasilan,bahkan kita bisa menjadi salah satu solusi bagi negeri, menyediakan lapangan pekerjaan. Ya, memang seperti itu adanya. Kami, yang saat ini punya ‘pekerjaan’ sebagai pengusaha, memang memiliki kebebasan dalam mengatur waktu, kebebasan mengatur penghasilan, dan membantu kehidupan orang lain untuk dapat memiliki pekerjaan atau pengalaman kerja.
Namun, untuk menjadi seorang pengusaha yang ‘sukses’, kita harus melalui berbagai macam rintangan, yang kalau hendak ku tuliskan di sini, tidak akan cukup. Terkadang, kebanyakan orang hanya melihat ‘ujung’ dari kondisi pengusaha yang terbilang sukses tadi. Kebanyakan kita jarang sekali melihat proses menjalani hari-hari sebagai pengusaha. Ada banyak hal yang akan memakan berlembar-lembar kertas untuk menceritakannya. Cerita yang menggambarkan bahwa hari-hari sebagai pengusaha itu benar-benar tidak mulus-mulus saja.
Ada banyak hal yang harus dikorbankan di awal usaha kita mendirikan usaha, bahkan harga diri yang kita agung-agungkan, harus sedikit kita turunkan. Title sarjana atau apapun namanya harus kita lupakan, dan cerita sukses kita sebagai pelajar dan mahasiswa harus kita tinggalkan di rumah. Satu langkah kita keluar dari pintu rumah, dan menjalani hari sebagai pengusaha, adalah hari tanpa identitas, tanpa gengsi, tanpa gelar tanpa semua embel-embel yang biasa melekat pada diri kita. Inilah dunia nyata yang ibarat rimba raya, hanya mereka yang kuatlah yang akan bertahan dalam seleksi alam ini. Menurut sebuah penelitian, hanya 10 orang dari 100 orang yang mampu menggapai sukses saat menjalani kehidupan sebagai pengusaha, 90 lainnya, melalui seleksi alam yang ketat, mereka hilang di telan gelombang pasang kehidupan.
Hati-hati dengan keputusan-keputusan hidup anda. Indah memang jika kita membayangkan ujung dari kehidupan sukses sebagai pengusaha. Namun, jika memang keinginan menjadi pengusaha itu hanya sebagai pelarian atas kondisi ‘pekerjaan’ yang saat ini kurang ideal, ada baiknya anda berpikir ulang.
Setiap orang yang menemui jalan sukses dalam perjalanan karirya adalah mereka yang menganggap bahwa meniti karir ini sebagai panggilan jiwa, apakah karir itu sebagai karyawan atau sebagai pengusaha. Karena dengan hal ini, panggilan jiwa, kita akan memiliki kesabaran yang berlapis-lapis.
Saya melihat, bahwa kesabaran berlapis-lapis inilah salah satu modal utama untuk menemukan jalan sukses anda. Jika anda telah memilikinya, saya yakin anda akan menemui jalan kesuksesan anda sendiri. Dimanapun itu, pekerjaan apapun itu, pengusaha atau karyawan.
No comments:
Post a Comment
terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat