Ronggeng Dukuh Paruk


Ketika membaca buku ini satu hal yang muncul dalam imajinasi saya adalah betapa nikmatnya hidup di sebuah desa seperti yang digambarkan ahmad tohari dalam buku ini. Sangat detail sekali, bahkan kehidupan jangkrik dan binatang kecil lainnya tidak luput dari pengamatan Ahmad Tohari. Bagi yang pernah hidup di desa atau mungkin di hutan, saat membaca buku ini kita seperti menyusuri jalan-jalan yang pernah kita lalui dulu. 

Aku yang menghabiskan masa kecilku di sebuah desa yang jauh dari keramaian mesin-mesin kendaraan begitu menikmati sajian Ahmad Tohari kali ini. 

Di samping kisah tentang Srintil yang menjadi seorang ronggeng dan menjalani kehidupan yang dia pikir awalnya nikmat dan terhormat, namun lambat laun ia merasakan bahwa hidupnya tidak berarti... Karena berkali-kali ia kehilangan tempat bersandar yang kokoh. Laki-laki. semua laki-laki yang dikenalnya adalah sama. Sampai akhirnya ia mendapati dirinya menjadi seorang yang harus dikurung dalam kamar isolasi atau istilah kampung mesti di pasung.

Selain itu, bagi dukuh paruk, kehadiran seorang ronggeng adalah sebuah lentera di tengah gelapnya malam. ronggeng adalah nyawa yang menggerakkan dukuh paruk. Tanpa ronggeng dukuh paruk tidak ada apa-apa. Sampai akhirnya lahirlah srintil yang yatim piatu saat masih kecil. kedua orang tuanya mati keracunan tempe bongkrek hasil buatan mereka sendiri. Sejak kedua orang tuanya meninggal, srintil tinggal bersama kakek dan neneknya yang seorang kepala dukuh. Ketika didapati bahwa srintil memiliki bakat atau telah dirasuki oleh roh ronggeng sebelumnya, srintil diserahkan kepada dukun ronggeng di kampung itu untuk di latih menjadi ronggeng. 

buku ini begitu indah dan mengalir, dinamai trilogi dukuh paruk, karena terdiri dari 3 buku yang terpisah kemudian disatukan menjadi trilogi. 

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat