Aku dan Buku

Entah berapa kali ku dengarkan teman-temanku terkejut dan berkata “Banyak kali bukumu bag!” Setelah melihat deretan buku di rak bukuku. Padahal aku merasa bahwa buku-buku yang ada di kamar ini belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh temanku yang lain. Bahkan ia menghabiskan sebuah lemari untuk menampung koleksi bukunya. Target untuk mengumpulkan hingga 450 judul buku sebelum menamatkan kuliah sepertinya sulit tecapai, karena sampai saat ini masih 250 judul buku yang berhasilku kumpulkan.

Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai menyukai kegiatan membaca. Mungkin dikarenakan orang tuaku adalah guru, sehingga bukunya banyak di rumah. Buku yang ada tidak hanya buku pelajaran, namun buku umum, novel, roman, biografi dan sebagainya. Sejak kecil aku sudah dikenalkan dengan namanya buku. Hanya saja yang kulakukan saat itu belum berlangsung secara sistematis, masih serabutan.

Jenis bacaan yang paling ku sukai adalah jenis cerita. Hampir seluruh cerita di buku bahasa Indonesia berhasilku lalap semuanya. Begitu juga dengan sejarah, aku paling suka membaca buku sejarah dan komik.

Berkaitan dengan komik, ternyata komik merupakan salah satu pemicu untuk meningkatkan minat baca. Karena di dalam komik kita disuguhkan bacaan yang ringan dan menghibur. Adanya gambar membuat kita tidak cepat bosan, namun tidak mengurangi maknanya, serta membiasakan kita untuk berkenalan dengan kata-kata.

Beruntung sekali bahwa aku memiliki seorang teman, anak orang kaya yang selalu membeli komik setiap minggunya. Belum lagi koleksi buku ensiklopedinya, aku begitu beruntung menikmatinya gratis. Ya, Secara tidak sadar, komik-komik itu telah membantu untuk mencintai deretan kata-kata. Sampai akhirnya kami mendapat tugas untuk membaca buku cerita (dipinjamkan dari sekolah sewaktu SD). Waktu itu aku mendapatkan buku tentang biografi Michael Faraday, penemu dynamo.

Awalnya aku tidak suka, karena rata-rata temanku mendapatkan buku cerita anak atau dongeng. Ketidaksengajaan itu membuahkan kecintaan. Hasilnya tidak hanya aku mengenal tokoh yang telah membawa perubahan signifikan di dunia, selain itu aku juga mulai menyukai membaca buku sejarah, terutama biografi orang-orang yang telah memberikan sumbangsih positif di dunia.

Kisahku dengan buku bermula saat aku mendapatkan tugas menjadi wakil sekolah dalam training kepemimpinan di Bandar Lampung. Dalam training ini kami mendapatkan uang saku Rp. 20.000 per hari dan training tersebut berlangsung 5 hari. Jadi, uang saku yang ku kumpulkan selama 5 hari adalah Rp. 100.000. Selesai training uang tersebut ku belikan al qur’an kecil agar mudah dibawa ke mana-mana dan beberapa buah buku. Buku-buku yang ku beli di Bandar Lampung itulah buku-buku pertamaku (waktu itu aku sudah kelas 2 SMU). Sewaktu SMU aku berkenalan dengan majalah Tarbawi.

Uang saku yang diberikan orang tua, ku simpan, kusisihkan dan kubelikan majalah yang isinya ringan namun sarat makna, Tarbawi. Lebih dari 60 edisi berhasil ku kumpulkan selama aku SMU. Kisahku berlanjut saat aku melanjutkan sekolah di Universitas Sumatera Utara, Medan. Di Medanlah ku kumpulkan buku satu demi satu hingga sekarang. Aku punya cita-cita untuk memiliki sebuah perpustakaan dengan koleksi ribuan judul buku, perpustakaan yang tidak hanyaku nikmati sendiri, orang-orang disekelilingkupun bisa menikmatinya.

Satu hal yang ku yakini bahwa, banyak tokoh-tokoh perubahan di dunia ini, mereka adalah orang-orang yang dibesarkan oleh buku. Siapapun dia, termasuk satu di antaranya adalah Michael Faraday, seorang anak miskin yang harus bekerja untuk dapat melanjutkan kehidupannya. Ia bekerja di toko buku, dan di sana lah ia mendapatkan banyak inspirasi tentang perubahan. Akhirnya ia dikenal hingga sekarang, teorinya masih berlaku dan menjadi bahan diskusi di sekolah-sekolah hingga ruang-ruang kuliah di universitas terkenal dunia. Semua berawal dari buku.

1 comment:

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat