Escape From Huang Chi (Film)


Ketika sebuah pekerjaan di landasi oleh perasaan cinta, maka pekerjaan itu akan terasa indah. Walaupun, di dalam perjalanannya kita akan menghadapi berbagai halangan dan rintangan.

Cinta adalah sebuah bahasa univesal. Banyak sekali sekat-sekat budaya yang luruh saat bahasa cinta mulai berbicara.


Berangkat dari sebuah kisah nyata di masa perang dunia, saat Jepang yang kala itu mengekspansi China daratan. Seorang jurnalis dari Eropa masuk ke Cina untuk menyaksikan langsung kondisi perang saudara yang terjadi di daerah tersebut. Dalam film ini, si jurnalis bertemu dengan tokoh perlawanan yang menghadapi tentara pemerintah. Oleh si pemberontak ini di minta untuk mengungsi ke huang chi.

Di huang chi inilah si jurnalis bertemu dengan sebuah panti asuhan (jika boleh dikatakan seperti itu). Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Panti ini di huni oleh belasan anak laki-laki yang telah yatim piatu karena perang.

Awalnya sangat sulit untuk dapat diterima oleh anak-anak ini. Karena memang mereka mengalami sebuah trauma dengan orang asing. Berhari-hari si jurnalis berusaha menunjukkan bahwa ia tidak bermaksud buruk –dengan bahasa isyarat tentunya --. Di rumah itu tidak ada satupun anggotanya yang mampu berbahasa inggris. Sampai akhirnya datang seorang relawan yang mengantarkan bahan makanan ke panti ini. Dari seorang relawan ini si jurnalis mengenal kondisi yang sedang terjadi di panti ini.

Si jurnalis menyadari betul bahwa untuk dapat dipahami oleh anak-anak ini, ia hanya perlu berbicara dengan bahasa cinta, mengapa karena memang bahasa itu yang dapat di terima di semua tempat. Berhari-hari si jurnalis melakukan pekerjaan yang ia lakukan atas dasar cinta bukan karena terpaksa. Demi melihat kondisi yang memprihatinkan ini, ia berusaha keras agar –minimal- ia dan anak-anak ini tidak kekurangan makanan, dapat hidup dengan sehat (rumah tempat tinggal mereka sangat jauh dari kata bersih) belum lagi anak-anak di panti ini tidak mau mandi dan hidupnya tidak teratur.

Berhari-hari, berbulan-bulan ia terus berusaha berkomunikasi dengan bahasa cinta, mulailah satu dua anak membantu dan bekerja sama dengannya. Sambil ia terus berusaha mempelajari bahasa ibu anak-anak ini. Hari berganti, ekspansi memasuki wilayah yang mereka diami ini dan sudah saatnya bagi mereka untuk meninggalkan tempat ini, menuju daerah yang lebih aman.

Kisah ini berakhir dengan manis. Anak-anak panti itu hidup dengan aman di sebuah daerah yang jauh dari zona perang. Hingga film ini di rilis, anak-anak panti asuhan yang masih hidup hingga sekarang memberikan kesan mereka terhadap tokoh jurnalis. Menurut mereka si jurnalis ini adalah malaikat yang di kirimkan Tuhan untuk menyelamatkan hidup mereka. Dan mereka memberikan ucapan terima kasih yang sangat mendalam untuk beliau.
Dalam kisah ini juga mengajarkan bahwa jangan pernah menyerah untuk mencapai apa yang telah direncanakan dan dicita-citakan. Kita tidak akan pernah tahu hasil atau akhir dari perjuangan atau pengejaran itu sampai kita melakukannya dan terus melakukannya sampai Tuhan mempertemukan kita dengan yang namanya Takdir.

Kotabumi, 1 januari 2010

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat