Hari ini, Jum'at 24 Juni 2011, aku dan seorang temanku, Iqbal, kami berdua sholat jum'at di Masjid Aceh Sepakat Medan. Protokol membacakan bahwa yang menjadi Khotibnya adalah seorang Doktor.
Dalam pikiranku, ah...paling khotbah kali ini akan biasa-biasa saja seperti yang selama ini ku saksikan.
Sang khotib mengawali khotbah dengan perlahan, disitir beberapa ayat al qur'an dan tanpa basa-basi langsung masuk ke masalah. beliau menyampaikan sebuah ayat tentang penghambaan kepada Allah dan menghindari syirik.
Materinya sudah sering kita dengar, mungkin sudah berkali-kali, namun hari ini rasanya berbeda. sang khotib menyampaikan ayat ini dengan cara yang sangat..sangat berbeda dari kebanyakan khotib yang 'datar..datar saja'.
Salah satu kesimpulanku hari ini adalah khotib tadi, pak Doktor tadi, betul-betul menguasai teknik public speaking dengan baik dan beliau mengetahui dasar khotbah yang di ajarkan rasulullah, bersemangat, seperti akan berangkat perang, singkat dan padat.
Hal inilah yang harusnya menjadi salah satu perhatian lembaga yang punya tanggung jawab mengurusi da'i, bagaimana para da'i harus memiliki kemampuan public speaking yang di atas rata-rata orang kebanyakan. karena pembicara yang 'terlatih dan terbiasa' itu akan sangat berbeda "rasa"nya, dan lebih lanjut, dengan kemampuan public speaking yang mumpuni, pesan-pesan Tuhan itu akan sampai ke pendengar dengan baik dan berbekas.
Penyakit kebanyakan kita, selalu memperhatikan siapa yang yang berbicara daripada apa yang dibicarakan. jika si pembicara saja sudah mampu menarik perhatian audience, mudah-mudahan, audience akan lebih mudah menangkap materi yang disampaikan.
salam!
No comments:
Post a Comment
terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat