Jika Aku Berguru ; Nama Tuhan Di Sebuah Kuis

Jika aku berguru, aku tidak meminta guru yang dapat mengajariku punya kemampuan terbang dan menghilang. 

Cukuplah bagiku jika sang guru mau membimbingku untuk belajar menyingkirkan batu di jalan, rela pada keberuntungan orang lain, sabar atas kemalangan diri sendiri, senang melihat tetangganya punya barang baru, mencintai anak-anak, menyayangi hewan…. 

Dari guruku, aku tidak mengharapkan pelajaran apapun selain pelajaran merendahkan diri dan merendahkan hati. Jika ada seseorang yang memiliki kualitas kerendahan hati dalam arti yang sebenarnya, kepada merekalah aku datang berguru.
 
(Prie GS, Nama Tuhan di Sebuah Kuis)

 
Sederhana dan menyentuh sisi-sisi humanisme. Ditulis oleh seseorang yang dibesarkan oleh kehidupan. Banyak nilai-nilai yang sebenarnya sering kita lalui, namun hal itu menjadi luput dari penglihatan kita. Entah karena kita yang terlalu sombong untuk sedikit melunakkan hati ini untuk sedikit merendah dan mencoba mendengar desah nafas kehidupan yang ada disekitar kita. 

Saya yakin bahwa perasaan “merasa” tidak perlu itulah yang akhirnya memaksa mata batin kita tertutup dari pelajaran-pelajaran kehidupan. Oleh sebab itulah Prie Gs menulis dalam sebuah artikel dalam buku ini tentang ‘Yang Aku Butuhkan’. Jika ia berupa ilmu pengetahuan, cukuplah ilmu yang mengajariku tentang kebodohan. Bahwa apapun yang kupelajari, pasti hanya untuk menegaskan kebodohanku sendiri. Bahwa jika semua isi kepalaku dibuka dan kutadahkan, ia tak akan sanggup menampung seluruh pengetahuan semesta raya. Jangankan berbangga diri mentang-mentang berilmu, merasa berilmupun telah merupakan bentuk penegasan tentang kebodohanku. 

Kita tidak sadar tenyata kita memang belum memiliki apa-apa. Kita begitu bangga dengan kehidupan yang melingkupi kita saat ini, tanpa perlu membuka mata dan telinga kita bahwa di atas langit masih ada langit lagi. Bahwa sehebat apapun kita, itu semua tidak lepas dari orang-orang disekeliling kita. Kita sesungguhnya di besarkan oleh lingkungan kita. Jika pada saat ini anda atau kita semua adalah seorang yang kaya raya, itu adalah sebuah buah dari sekeliling kita yang masih hidup dalam lingkaran kemiskinan. Jika kita adalah orang yang pandai, itu karena ada orang-orang yang kurang pandai di sekitar kita. Dan banyak lagi hal-hal lain diluar diri kita yang sebenarnya memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan kita. 
 
Maka jangan pernah berhenti belajar, sekali-sekali rasakan denyut kehidupan disekitar kita dan resapi setiap nilai yang ia berikan. Sungguh kita akan merasakan sebuah kehidupan yang sesungguhnya. Hidup dalam artian bahagia sesungguhnya.
 
Ah.. Jika ada seseorang yang memiliki kualitas kerendahan hati dalam arti yang sebenarnya, kepada merekalah aku datang berguru.

Medan, 10 Juli 2008

2 comments:

  1. Iyah...ane juga lagi baca buku Prie CS: Merenung Sampai Mati. Gak sengaja nemu buku ini di perpus daerah. Ternyata bukunya asyik n kena bener di hati.
    Jadi pingin baca buku yang satu ini. eniwei, dapet bukunya dari mana? di gramed ada gak ya?

    ReplyDelete
  2. ada, kemaren tinggal 2, mungkin sekrang udah gak ada, tapi mesan aja sama CS-nya gramed... mungkin ada

    ReplyDelete

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat