Ketika Cinta Bertasbih Bagian 2


Saat membaca Ketika Cinta bertasbih II, ada sebuah memori yang kembali keluar dari kepala saya. Kisah perjalanan saya di kota yang digambarkan oleh kang abik dalam KCB II. Setting yang dipakai kali ini adalah Kota Solo. Kota yang masih lekat dalam ingatan saya karena baru sekitar 1 bulan yang lalu saya kunjungi. Satu hal yang membuat buku ini lebih berkesan adalah, saat saya mengunjungi dan mengitari Kota Solo, semua itu saya lakukan dengan menggunakan sepeda. Kurang lebih 6 jam sejak pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore yang nikmati kota asri, sederhana, namun berwibawa.

Berangkat dari Kota Sukoharjo sekitar 15 km dari Solo dengan menggunakan sepeda. Mengayuh dengan santai karena tidak ada yang saya kejar. “Pak jalan ke Solo mana ya..?” saya bertanya kepada seorang bapak yang sedang mengayuh sepedanya. “O, terus aja, lurus terus.” Jawab beliau. “Duluan ya.. pak? Makasih.” Jawab saya sembari mempercepat laju sepeda saya. Dalam buku ini, kang abik menceritakan tentang sawah yang menghijau bergoyang sepertinya mereka sedang sembahyang kepada Tuhannya. Aroma padi begitu terasa, tampak beberapa petani yang sedang menyiangi sawahnya. Aku berhenti sejenak menikmati keindahan yang tak pernah ku dapati di Medan. Hamparan sawah ini berada sekitar 1 km keluar dari kota sukoharjo. Dalam buku KCB II, daerah ini adalah lokasi ayah Azzam ditabrak dan akhirnya meninggal dunia.


Sekitar pukul 11 siang saya memasuki Kota Solo. Selain berkeliling Kota Solo, saya juga hendak ke Gramedia yang sudah lama tidak saya kunjungi, apa buku baru yang tidak sempat saya ikuti perkembangannya selama 2 minggu belakangan ini. Di jalan Veteran ini saya dapati plang penunjuk arah, Pasar Klewer, Mangkunegaran, Kraton Kasunanan dan sebagainya. Azan berkumandang, saya arahkan sepeda saya ke gang sempit, sebuah daerah benama “Kratonan”. Saya sholat disebuah mesjid, saya bersyukur.


Saya masih mencari Gramedia, menurut plang arah tadi, alamatnya di jalan Slamet Riyadi, jalan utama Kota Solo. Kembali saat saya membaca KCB II, saya seperti sedang menyusurinya, sama seperti saat saya menyusurinya dengan sepeda waktu itu. Dengan bertanya ke seorang supir angkot, saya dapati jln. Slamet Riyadi. “Mas, jalan slamet riyadi arah mana ya?” saya bertanya. “itu, mau kemana? Gramedia?” jawab supir tadi sambil bertanya ulang kepada saya. Saya mengangguk. “Lewat jalan ini saja.” sambil menunjuk jalan yang sejajar dengan Jalan Slamet Riyadi. “Nanti sampai di restoran belok kiri, itu pas di depan Gramedia.” Jawab supir angkot. “Makasih mas.” Jawab saya sambil memutar arah sepeda saya. Saya terkesan.

Saya susuri jalan yang ditunjuk supir angkot tadi, saya kitari pandangan saya, saya benar-benar ingin menikmatinya, mumpung masih di sini. Ada mess tim persis Solo di sebelah kiri, kemudian ada jejeran toko yang menjual buku-buku bekas. Dalam buku KCB II, daerah ini namanya Sriwedari. Azzam beserta ibu dan adik-adiknya mengenang ayah mereka dengan makan di salah satu warung makan timlo bu yem yang berada di Sriwedari ini. Saat saya melewatinya saya teringat kawasan lapangan merdeka Medan yang juga menjual buku-buku loak. Keluar dari daerah Sriwedari saya mendapati toko buku Gramedia. Arsitektur bangunan Gramedia, sepertinya bangunan lama yang dipugar. Lagi-lagi saya merasakan ada hawa sejuk yang mengaliri ubun-ubun saya. Maklum banyak hal baru yang saya temui. Di gramedia ini saya temui buku kitab klasik Al Hikam yang banyak disinggung dalam KCB I maupun KCB II. Kebetulan sekarang lagi bulan diskon di gramedia, saya ambil satu dan satu lagi saya pilih buku On Writting-nya Stephen King. Saya melanjutkan kembali perjalanan.

Kali ini saya susuri Jalan Slamet Riyadi. Lagi-lagi saya menikmati hal baru. Di jalan ini ada jalur khusus becak dan sepeda. Jalur khusus ini sangat rindang, karena pohon-pohon rindang ditanami disisi jalan. Saya juga mendapati novotel yang diceritakan dalam KCB II dan lain-lain. Tujuan saya kali ini adalah Pasar Klewer dan Kraton Kasunanan. Sekitar 500 meter saya berjalan ada plang penunjuk arah yang memberitakan bahwa ke arah kiri jalan adalah menuju Mangkunegaraan. Namun sebelumnya saya mencari warung nasi. Saya makan tongseng. Kemudian saya masuk ke komplek Mangkunegara. Di mangkunegara ini saya dapati peta daerah wisata Kota Solo. Dengan peta ini saya tidak perlu lagi meraba-raba Kota Solo ini. saya dapat memperkirakan jarak dan daerah mana saja yang akan saya datangi serta rute paling cepat mencapainya.


Sedang asyik berjalan menuju Pasar Klewer saya mendapati sebuah plang “SELAMAT DATANG DI KAMPuNG BATIK KAUMAN”. Ternyata ini, kampung batik yang terkenal itu. Saya masuki lorong-lorong sempit kampung ini. sebagian besar kegiatan warganya di dalam rumah. Mungkin sedang membatik. Keluar dari Kampung Kauman saya memasuki Pasar Klewer. Diceritakan dalam KCB II bahwa Pasar Klewer adalah pasar tekstil terbesar di Indonesia. Pasar batik dan lain-lain. selanjutnya saya menuju Masjid Agung Surakarta. Kata orang, kalau ke Solo belum shalat di masjid agung ini, maka ia belum dikatakan pernah ke Solo. Setelah sholat sunnah 2 rakaat saya meneruskan perjalan ke Kraton Kasunanan. Setelah berputar-putar sampailah saya di kraton. Kraton adalah tujuan akhir saya. Selanjutnya saya pulang hari sudah siang sudah menjelang ashar. Saya cari mesjid untuk sholat ashar.

Membaca ketika cinta bertasbih 2, membuat saya kembali bernostalgia di kota sederhana yang asri dan berwibawa. Daerah-daerah yang diceritakan dalam buku ini pernah saya lalui, membuat saya semakin menyelaminya. Dan satu lagi, saya jadi ingin mencari dimana Desa Sraten, Desa Wangen dan pesantren Daarul Quran. Apakah pesantren ini benar adanya atau hanya sekedar fiksi yang dibuat-buat oleh kang abik. Saya jadi ingin bertanya kepada kang abik, benarkah pesantren Daarul Quran itu ada? Jika ada saya akan datang mengunjunginya. Insya Allah. Sekali lagi terima kasih kang abik yang sudah membantu saya menikmati Kota Solo kembali tanpa harus ke sana.

Saya tamatkan buku KCB II pukul 23:44 PM, 27 Nov 2007

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat