Ketika Cinta Bertasbih Bagian Pertama


Novel ini sangat menarik, persis seperti Ayat-Ayat Cinta. Bahasanya halus, setiap kata seperti benar-benar dipilih oleh sang penulis, tidak sembarang kata. Seperti seorang pujangga yang memikirkan sebuah kata yang tepat untuk dirangkai menjadi sebuah puisi yang indah. Seperti itulah gambaran bahasa dalam novel ini. Kemudian isinya yang sarat makna, jauh dari kesia-siaan. Membaca buku ini tak ubah seperti kita sedang membaca sebuah kitab agama yang ditulis dengan bahasa sastra. Indah tanpa mengurangi makna dan yang terpenting kita (baca: pembaca) tidak pernah merasa digurui oleh sang penulis. Harus diakui bahwa novel ini memiliki muatan dakwah yang mengajak pembacanya untuk lebih mengenal Allah dan kembali kepadanya. 


Namun, sebelum itu saya ingin sedikit bercerita bagaimana saya mendapatkan kedua buku ini. Untuk buku pertama saya mendapatkan tawaran dari seorang Ustadz, kami biasa memanggilnya Bang Didi. Beliau mengirimkan sms yang isinya begini, “Bag, buku Habiburrahman yang baru, Ketika Cinta Bertasbih sudah keluar harganya Rp. 52.500 untuk antum diskon 10 %, mau?” Tanpa berpikir lama langsung ku balas sms- beliau, “Mau bang, tapi ana belum ada uang sekarang.” “Gampang, nanti abang sholat jum’at di dakwah (Masjid kampus)” jawab Bang Didi. Selesai sholat langsung saya ambil bukunya, sesuai kesepakatan buku ini dapat ku lunasi nanti di awal bulan. 

Sepulang dari masjid, langsung ku baca buku ini. Persis seperti buku sebelumnya, Ayat-Ayat Cinta (AAC), Ketika Cinta Bertasbih I (KCB I) juga menggambarkan mesir dengan detail. Bedanya, dalam KCB I berkisah seorang mahasiswa Indonesia yang harus bekerja keras menghidupi dirinya dan keluarganya di Indonesia. Ia lakukan itu semua karena Sang Ayah meninggal dunia. Ia tinggalkan keinginannya untuk konsentrasi belajar. Ia bagi konsentrasinya untuk belajar dengan berbisnis tempe dan bakso di Mesir, lebih tepatnya dikatakan berbisnis sambil belajar. . Pasarnya adalah mahasiswa Indonesia, serta para pegawai di KBRI kairo. Si Azzam yang menjadi tokoh sentral dalam novel ini, harus bekerja keras selama 9 tahun untuk bekerja dan menyelesaikan studinya. Setelah 9 tahun ia pulang ke Indonesia dengan membawa ijazah Lc. Selain itu juga ia berhasil menyekolahkan 2 orang adiknya hingga selesai sarjana psikologi dan D3 PGSD. 

Selain kisah si Azzam yang berjuang untuk terus menghidupi keluarganya, novel ini juga dibumbui kisah-kisah cinta khas Habiburrahman. Bagi yang sering membaca novelnya, pasti dapat menarik sebuah kekhasan kisah cinta yang disajikan kang abik. Akhirnya, seperti buku AAC, KCB I saya tamatkan dalam 2 hari. Kisah yang menggantung di KCB I, menharuskan saya membeli atau membaca KCB II. KCB II yang dinanti tak kunjung tiba. Para pembaca masih penasaran, bagaimana kabar si Azzam yang pulang ke Indonesia. Dengan siapa akhirnya ia akan menikah, apakah dengan gadis yang pernah dikisahkan seorang supir dubes KBRI kairo, atau dengan yang lain. pertanyaan itu terus memburu, namun yang dinanti tak kunjung tiba. Lebih dari setahun penantian itu.  
 
Akhirnya ada titik cerah, sekitar 20 November 2007, saya sengaja browsing di internet, kepada om google saya tanyakan kabar buku KCB II, sekedar ingin tahu kabar terbarunya. Karena saya mendengar kabar angin bahwa lanjutan Ketika Cinta Bertasbih 1 itu telah keluar. Saya dapati seorang menuliskan berita kegiatan Book Fair di Jakarta. Dalam berita ini penulis menceritakan launcing buku KCB II. Pengunjung yang membludak dan stand Republika yang langsung diserbu pengunjung. Artinya buku itu memang sudah beredar. Perburuan saya dilanjutkan, saya menghubungi bang Zaki, penjual buku langganan. Sampai sekarang sms saya tidak dibalas. Kemudian saya menghubungi teman, Ahmad, kata Ahmad saya diminta menghubungi kak Dewi, salah seorang pegawai di toko buku Toha Putra. Jawabannya “Maaf belum keluar.” Saya berpikir kalau di Toha belum ada, maka di beberapa toko buku di Medan belum ada juga. Untuk sementara perburuan dihentikan.

Titik cerah saya dapatkan saat seorang teman, Rinaldi. Rinaldi bercerita bahwa temannya, Fajar pernah melihat salah seorang dosennya membaca buku KCB II. Fajar bertanya kepada dosennya tersebut, jawabannya, “buku ini anak saya yang beli, dia anak Ekonomi, katanya sih dapat di bazaar buku.” Tinggal tanya ke anak dosen ini. Saya minta ke Fajar untuk mencari tahu dimana bazaar bukunya kepada anak dosennya tersebut. Tanggal 27 November 2007, pukul 11:24 AM, saya mendapatkan sms dari Fajar melalui teman saya Rinaldi yang isinya, “Aslmkm, Nal, bilang ya ma BagKi..Ketika Cinta Bertasbih 2 ada di bursa mahasiswa.. kayaknya tinggal satu.. Dari Fajar.” Langsung saya pergi ke Atm mengambil uang secukupnya. Saya tidak berhenti berharap semoga buku ini masih belum diambil orang lain. Keluar dari Atm saya langsung menyetop angkot ke pintu 1 kampus USU. Dari pintu 1 ke bursa mahasiswa sekitar 300 meter. Setiap melihat orang yang mengarah ke bursa mahasiswa saya harap ia tidak mengambil buku yang sudah saya nantikan lebih dari setahun itu. 

Sampai di bursa mahasiswa saya langsung mengedarkan pandangan saya ke arah tumpukan buku-buku kuliah yang dijual di bursa ini. menurut penuturan Fajar, buku KCB II sampulnya berwarna Hijau. Saya fokuskan mencari buku bersampul hijau. Saya bersyukur buku itu belum diambil orang lain dan memang benar tinggal sebiji. Langsung saya ambil bayar ke kasir dan pergi ke kampus. Ada kepuasan yang sulit saya gambarkan. Saya seperti memenangkan sebuah perlombaan memburu sesuatu. Saya tersenyum puas, puas sekali, “akhirnya kau tertangkap.”saya berkata kepada buku hijau ini. 

(28 Nov 2007, 07:16 AM)

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat