Medan Lampung

Aku pulang, tanggal 16 desember 2008. Ada urusan penting di rumah. Sebagai anak tertua aku harus hadir… pukul 19.00 aku berangkat dari medan, menumpang bus pelangi. Sampai di rumah hari keduanya tepatnya tanggal 18 desember 2008. Capek.

Di jalan, tidak banyak yang aku catat. Masih seperti catatan yang dahulu, bahwa dalam perjalanan orang-orang jarang yang memperhatikan ibadahnya, terutama sholatnya. Dari 40 orang penumpang, yang peduli dengan ibadah wajib ini paling-paling hanya 5-10 orang dan itupun di dominasi sama orang-orang tua. Kedua, orang-orang ini juga kurang memperhatikan kebersihan tubuh dan “pakaiannya”. Ya…mereka tidak peduli dengan kebersihan terutama pakaiannya.

Di rumah, banyak yang harus ku kerjakan. Dan satuhal yang selalu ku kerjakan adalah menemani bapakku. Bapak sudah tua pendengarannya sudah mulai rusak. Sudah lama sih. Karena pendengarannya yang sudah mulai rusak itu beliau kesulitan mengikuti pembicaraan orang-orang. Aku sedih. Itulah sebabnya aku selalu sempatkan untuk mendengarkan cerita beliau hingga larut malam. Bapakku adalah orang yang senang bercerita, sejak aku kecil beliau selalu menceritakan banyak hal padaku. Dan kali ini cerita itu ingin kembali ku dengarkan dari beliau.

Mama, selalu ada inspirasi dari wanita perkasa ini. Walau berbagai kesulitan hidup datang menghimpitnya, beliau selalu membisikkan kepadaku kata-kata kesabaran dan ketegaran. Aku selalu kesulitan menuliskan kisah tentang beliau, karena penaku, kata-kataku selalu tidak mampu menggambarkannya. Dan kisah ini takkan habis ku ceritakan dalam lebaran kertas sepanjang hidupku. Terimakasih Allah telah menakdirkan aku lahir dari rahimnya.

Adikku, Sari, sudah menjalani kehidupan barunya, kunto semakin bertambah besar, sundari juga, mereka perlu teladan.

Tetanggaku Sisca, juga menikah dengan teman sekampusnya. Heri namanya. Kemarin pestanya besar, kudengar sampai mengundang 1200 orang.

Sepanjang aku di rumah, pekerjaanku adalah “tukang ojek” antar jemput mama, dari rumah ke kampus, dan dari kampus ke rumah, termasuk jika ada keperluan ke pasar, atau ke daerah lain. Selain itu, menemani bapakku dan mendengarkan beliau bercerita tentang perjalanan hidupnya yang panjang.
30 desember 2008 aku ke medan

1 comment:

  1. Jadi ingat teman sekampus-ku Aan, si pemilik wajah teduh, yang meninggal Jnui 2008 lalu.
    "Semoga damai selalu bersamamu..."
    tentang Aan

    ReplyDelete

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat