PHK

secara psikologis ternyata sulit menerima keadaan sebagai seorang "pengangguran". Hal tersebut telah ku lihat dari beberapa teman yang telah selesai dari dunia pendidikan (baca: perguruan tinggi) dan belum bekerja. kesulitan itu hadir karena banyak tuntutan yang datang dari banyak pihak. pertama, dari keluarga yang mengharapkan kita dapat "bekerja" apa gunanya titel "sarjana" kalau hanya jadi pengangguran. kedua juga tekanan dari masyarakat yang melihat dengan penuh cibiran, masa' sarjana kerjanya seperti itu.

satu hal lagi yang agak menohok adalah adanya sebuah mindset berpikir masyarakat kita yang "salah" tentang pekerjaan itu sendiri. di dalam mindset berpikir masyarakat secara umum, yang dikatakan bekerja adalah mereka-mereka yang menjadi pegawai baik instansi pemerintah atau swasta. mereka yang pergi pagi dan pulang petang dari kantor. itulah yang menurut masyarakat sebagai pekerjaan. sedangkan bagi mereka yang bekerja sebagai "pengusaha" atau wiraswasta masih dianggap sebagai pribadi "pengangguran".

dengan krisis global saat ini memaksa perusahaan-perusahaan swasta mengurangi beban dengan mengurangi jumlah karyawannya. inilah yang terjadi saat ini dimana ada ribuan pengangguran yang muncul. belum lagi "pengangguran baru" (baca; yang baru sarjana) yang hadir terus menerus.

aku baru belajar bagaimana sulitnya menerima kenyataan bahwa kita telah menjadi seorang pengangguran. baik pengangguran dalam definisi sesungguhnya atau pengangguran dalam definisi masyarakat.

namun, satuhal yang aku syukuri adalah mindset berpikir orang tuaku, berbeda dengan masyarakat kebanyakan. beliau tidak pernah mempermasalahkan apapun pekerjaanku. bagi mereka, yang penting adalah aku tidak menjadi beban masyarakat dan orang tua.

he he

1 comment:

  1. Kayaknya ada yg kurang diperhatikan tuh... Sebagai seorag makhluk bernama perempuan, aku mau menegaskan bahwa Ibu Rumah Tangga adalah pekerjaan juga. Meski pekerjaannya sering dipandang sebelah mata karena hanya berkutat di rumah mengurus anak-suami, membereskan rumah, memasak, mengatur anggaran belanja RT, dan lain sebagainya, namun menurutku, mereka lebih hebat dari orang2 kantoran. Gaji mereka bukan berupa uang, namun berupa keluarga yang sehat, rukun, rumah yang bersih, dan tentunya keluarga yang bahagia.

    ReplyDelete

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat