Karena Kamu Basi, Aku Datang**) (Sebuah Coretan Atas Buku Excuse Me Your Life Is Waiting karya Bambang Q Anees)

Baru sekarang aku merasakan bahwa dengan Membaca membuat hidup ini lebih hidup, seperti mendapatkan energi yang tidak pernah kering, terus bersemangat, serasa ingin hidup selamanya. Setiap deretan kata-kata itu memiliki energi, dengan membaca kita menyerap energi itu ke dalam tubuh kita.
(Ibnu Adam Aviciena/ Penulis)


Who am i?
Siapa saya? Pertanyaan sederhana ini mestinya senantiasa kita pertanyakan untuk membangkitkan kesadaran dalam hidup ini. Apa yang berharga dari diri saya? Seandainya ada orang yang membutuhkan kita, kita tidak lagi bingung kalau ternyata tidak ada apa-apa di dalam diri kita yang dapat dihargai. Dengan selalu membangkitkan kesadaran, siapa saya? Ini akan menjadikan diri kita enggan untuk menunda-nunda pekerjaan, kebiasaan mengatakan “masih ada waktu” sedikit demi sedikit akan terkikis. Hal ini akan hadir jika kita menyadari, “kapan dan dimana kita berada sekarang.”

Masukilah ruang dan waktumu (Socrates)
Mengapa saya menangkat sebuah pertanyaan dari Socrates ini? Karena saat ini kita sedang tidak berada pada ruang dan waktu kita sendiri. Saat ini kita berada pada ruang dan waktu orang lain. Artinya sekarang kita hanya mengikuti kebiasaan orang-orang disekitar kita. Oleh sebab itu, kita tidak berada di ruang dan waktu kita sendiri. Saat kita berada di ruang dan waktu kita sendiri, maka saat itu kita benar-benar berkuasa atas apa yang kita lakukan. Kita tidak peduli dengan perkataan orang yang mencemooh pekerjaan kita dan saat itu kita benar-benar berbeda dengan orang lain. Itulah yang disebut dengan berada pada ruang dan waktu kita sendiri. Dengan kata lain, kita menyadari keberadaan kita, “kapan dan dimana kita berada sekarang.”
Banyak diantara kita mungkin tidak memiliki kesadaran saat berjalan di muka bumi ini. Dalam buku Kamu Gak Bego Kok! Dikatakan bahwa kesadaran itu dibedakan atas 3 jenis. Pertama adalah kesadaran magis, yaitu kesadaran yang hanya pasrah dengan kenyataan, tanpa usaha, tanpa pertanyaan, sehingga rela dalam kehidupan yang membuat susah. Kemudian kita tersadar bahwa kesusahan itu adalah akibat kelicikan kekuasaan. Kita berontak, lantaran kurang iman, kita pun larut/ meniru kelicikan itu. ini yang disebut sebagai kesadaran naif, disatu sisi kita membenci, namun disisi yang lain kita melakukan hal – hal yang dibenci itu. pada saat kita mencapai kesadaran kritislah kita akan menemukan cahaya yang menuntun kita ke arah yang benar. (hal.23)

Ruang dan Waktu kita
“Sebentar ribut dan langsung melupakannya.” Inilah yang menjadi kebiasaan kita, sebentar membicarakannya dan kemudian langsung melupakannya. Orang-orang terkena penyakit amnesia, penyakit lupa atas apa yang baru saja terjadi. Tidak ada keseriusan dalam melihat kejadian sekitar akan membuat kita cepat melupakan apa yang baru saja terjadi. Lebih tepatnya disebut sebagai tindakan penyepelean masalah. Hal ini akan berbeda saat kita sedang mengintip. Mengintip dari lubang yang kecil, kita akan berusaha keras untuk melihat. Keras sekali usaha yang kita lakukan, dan hasilnya memang kita akan senantiasa ingat akan apa yang baru saja kita lihat itu. dengan kata lain saat mengintip kita tidak menyepelekan masalah.

Mengapa ini terjadi? Jawab benyamin Franklin adalah, karena kita terjebak pada kemoderenan. Ciri orang modern adalah mengejar kemajuan sampai mati. Khususnya kemajuan teknik. Kalau di kampung kita belum ada mall, maka kampung kita belum modern. Kemajuan diukur dengan materi. Karena orang modern terus menerus mengejar kemajuan yang tidak berujung. Ibarat mengejar batas langit (cakrawala). Mengapa orang mengejar kemajuan? Jawabnya adalah karena kemajuan itu agung dan keren, sebaliknya diteriaki norak, kuno adalah menyakitkan.

Lalu kita mengejar kemajuan itu dengan usaha yang sungguh-sungguh. Waktu kita habis untuk itu. dan lebih dari itu kitapun main sikut kiri dan kanan untuk mendapatkan yang kita cari. Yang ada dalam pikiran saat itu adalah bagaimana dapat terus tampil modern dengan cara apapun.

Lebih mirip arloji
Orang-orang modern itu, menurut Benjamin Franklin lebih mirip dengan jarum arloji. Kita tentu pernah melihat jarum arloji. Ia berputar dari angka 1 ke 2 dan seterusnya sampai akhirnya ia mengulangi lagi perbuatannya itu. terus menerus. Dan parahnya lagi saat berputar itu ia tidak memikirkan apapun. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana terus berputar. Saat orang lain jalan-jalan ke mall, malu jika tidak ikut. Pokoknya apa yang dikerjakan kebanyakan orang, di situ ia akan ikut, tanpa tujuan. Tidak ada upaya dari dirinya untuk melawan. (takut dibilang norak dan kampungan).

Bagaimana jalan keluarnya? Patahkan jarum arlojimu. Mulai saat ini jangan hanya mengikut kebanyakan orang. Kita memiliki langkah hidup sendiri yang hanya kita yang dapat menikmatinya. Saat lahir kita sendiri, matipun nanti dikubur sendiri. Jadi, mengapa harus mengikuti kebiasaan orang kebanyakan, kalau akhirnya kamu sendiri yang menanggung akibat buruknya. Buang perasaan harus sama dengan orang lain. Sama dalam berpakaian, kebiasaan dan lain-lain. Memang sama adalah fatwanya orang modern. Akhirnya kita akan kehilangan jati diri kita sendiri. Kita hanya bayang-bayang.

Coba tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita sama dengan orang lain? Masa lalu? Keluarga? Dan lain-lain. Jika masih sama artinya kita sudah kehilangan kekhasan diri yang diberikan Allah kepada kita. peliharalah kenangan masalalu kita. kenangan itu yang akan membuat kita tidak lupa diri. Dengan begitu kita tidak perlu berputar-putar mengikuti orang-orang. Kita sudah memiliki tujuan yang akan kita tuju nantinya.

Teruslah mencari
Jangan pernah berhenti dalam mencari kesejatian, kesadaran kritis yang telah kita dapatkan bukan berarti akhir dari perjuangan kita. Hidup ini bukan semudah mengupas salak atau jeruk yang sekali kupas kita sudah menemukan buahnya yang manis dan langsung melumatnya hingga habis. Mencari kesejatian itu ibarat mengupas bawang, kita tidak akan menemukan akhir dari usaha kita mengupas bawang tersebut. Sampai akhrinya kita tidak mendapatkan apa-apa.
Mintalah fatwa kepada hatimu (hadist). Pertanyakan kepada hati kita, apakah kita merasa nyaman dengan kehidupan kita saat ini. Jika belum, cari dan terus mencari sampai kita menemukan sesuatu yang menenangkan hati kita.

Kamu basi, aku datang
Karena kamu basi, maka aku mendatangimu. Basi? Kalau kita melakukan tindakan yang hanya mengulangi tindakan orang lain, atau sekedar ikut-ikutan, itu artinya basi. Persis makanan yang sudah dijamah orang lain, pastilah basi namanya. Apakah kita suka makanan basi? Pasti tidak bukan, jadi mengapa kita melakukan tindakan, omongan, dan gaya berpakaian yang basi. Basi di sini adalah perbuatan yang tidak jelas tujuannya dan jauh dari nilai-nilai kebenaran.

Susun Tujuan hidupmu
Terakhir, saya hanya berpesan hidup hanya sekali, jangan diisi dengan kegiatan yang basi. Temukanlah sesuatu yang uniq dari dirimu. Kamu berbeda dengan orang lain dan jangan mau disamakan. Anak kembar sekalipun enggan disama-samakan begitu juga kita. Buka mata dan telinga kita, lahirkan kepedulian bagi sesama. Banyak-banyak membaca tulisan-tulisan kehidupan yang ada di sekeliling kita. dengan itu semua akan memperkaya diri kita dengan hal-hal yang luarbiasa.

**)Disampaikan pada acara bedah buku “Excuse Me Your Life Is Waiting”

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat