KONSEP DIRI (part I)

Pendahuluan

Sering kita melihat di sekeliling kita, ada orang-orang yang dengan prestasi akademis yang biasa-biasa saja namun memiliki prestasi hidup yang luarbiasa. Dan tidak sedikit pula kita temukan orang-orang yang memiliki prestasi akademis yang luarbiasa, namun memiliki prestasi hidup yang biasa-biasa saja. Seperti dalam sebuah ungkapan disebutkan bahwa, “manusia itu ibarat sebuah computer, sehebat apapun hardwarenya, tanpa didukung system operasi yang handal, computer itu tidak akan mampu berdayaguna secara maksimal.” Begitu juga manusia, sepintar apapun kita, tanpa didukung oleh mentalitas yang kuat hanya akan menjadi pribadi yang biasa-biasa saja. System operasi/ mentalitas pada diri manusia itulah yang sering disebut sebagai konsep diri.

Konsep diri secara umum diartikan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal ini meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi terhadap dirinya meliputi penilaian diri dan penilaian sosial. Pengetahuan terhadap diri sendiri ini menjadi sangat penting, karena kebanyakan masalah yang terjadi pada manusia saat ini, sebagian besar disebabkan oleh kesalahan penilaian atas diri sendiri. Seperti merasa tidak mampu, minder, hilang kepercayaan diri, hingga merasa diri ini tidak berguna, tidak memiliki potensi dan putus asa, dan tidak merasa perlu ada di dunia ini lagi. Paling parah adalah dengan membunuh diri sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri terbentuk dari interaksi atau sentuhan kita (diri dan pikiran) dengan lingkungan. Konsep diri bukanlah sebuah takdir. Konsep diri bersifat dinamis, terus berkembang. Seiring berjalannya waktu, konsep diri seseorang dapat berubah ke arah positif atau negatif. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang:

Faktor Eksternal
Pengaruh eksternal terdiri dari pola asuh orang tua dan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Pola Asuh Orang Tua
Saya memiliki seorang saudara, sejak kecil ia tidak pernah diperbolehkan oleh orang tuanya untuk memanjat pohon. Walaupun pohon itu hanya pohon kecil. Yang terjadi saat ini adalah beliau tidak pernah berani untuk memanjat pohon, walaupun hanya pohon yang kecil
Ketika kita masih kecil atau sekarang kita perhatikan bagaimana orang-orang tua disekitar kita mendidik atau mentransfer “nilai” kepada anaknya. Kebanyakan (tidak semua) nilai-nilai yang ditransfer oleh orang-orang tua tersebut adalah nilai-nilai yang negatif. Menurut sebuah penelitian seorang anak paling tidak mendengar kata-kata “jangan” (negatif) sebanyak 40 kali sehari.
Untuk itu, penting bagi kita orang tua atau yang belum menjadi orang tua untuk hati-hati dengan kata-kata yang yang kita keluarkan di depan anak-anak kita. Seperti kata pepatah, “anak-anak itu seperti selembar kertas kosong” hendak diisi apa kertas itu, kita-lah orang tua yang menuliskannya. Jika kata-kata negatif yang senantiasa kita ucapkan, maka mereka (baca: anak-anak) akan menuliskan dan merekam hal-hal negatif dalam memorinya. Begitu juga jika kita senantiasa mengucapkan hal-hal positif, maka positiflah yang akan terekam dalam memorinya.

Interaksi dengan lingkungan

Lingkungan adalah faktor paling dominan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa, jika engkau ingin mengetahui tabiat seseorang, lihatlah kawan-kawannya. Dalam hadist yang lain disebutkan, siapa yang berteman dengan seorang penjual minyak wangi, maka ia akan mendapatkan wanginya. Sedangkan siapa yang berteman dengan seorang tukang besi, maka ia akan mendapatkan panas dan bau yang kurang sedap.
Seseorang yang awalnya adalah orang yang “baik-baik”, akan dapat berubah menjadi orang yang “tidak baik-baik” karena dipengaruhi lingkungannya. Begitu juga sebaliknya ada orang yang awalnya “tidak baik-baik”, saat bergaul dengan orang baik-baik, ia berubah menjadi orang “baik-baik”.

Faktor Internal
Selain pengaruh pihak luar, konsep diri juga dipengaruhi faktor internal pribadi. Faktor internal itu adalah sikap atas kegagalan. Kegagalan demi kegagalan yang dialami seseorang jika tidak disikapi dengan positif, - dengan terus mengatakan bahwa kegagalan yang terjadi adalah investasi untuk meraih kesuksesan – akan menjadikannya semakin terpuruk. Pikirannya akan mengatakan bahwa dirinya memang tidak mampu, tidak berbakat, tidak beruntung, dan kata-kata negatif lainnya. Tanpa ia sadari, kata-kata negatif itu akan terus menggerogoti mentalnya menjadi semakin hancur berantakan.

bersambung

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat