Anis Matta : Serial Cinta

Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun, atau meransang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angku di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.

Seperti banjir menderas, kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, ia menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan berengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang :seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menimpan kekuasaan besar.

Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Arau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua jadi abu. Semua menjadi tiada. Seperti itulah cinta.

(Cinta Tanpa Definisi)

Begitulah cinta, ia hadir didalam hati, tanpa wujud, hanya makna santun yang bergemuruh seperti angin badai, seperti banjir menderas, seperti api yang menyala. Ia menjadi kekuatan besar dalam diri manusia, yang mengubah si pemalas menjadi rajin, si pelit menjadi pemurah. Cinta bekerja dengan cara yang tidak dapat di mengerti oleh akal pikiran kita.

Cinta adalah kata yang mewakili seperangkat kepribadian yang utuh: gagasan, emosi dan tindakan. Gagasannya adalah menjadikan orang yang kita cintai senantiasa tumbuh dan berkembang. Ia juga emosi yang menggelora karena seluruh isinya dalah keinginan baik. Tapi semua itu mengejewantah dalam bentuk tindakan nyata. (Pekerjaan Orang Kuat).

Semangat cinta adalah semangat penumbuhan. Menumbuh kembangkan pribadi dan orang yang kita cintai. Cinta adalah semangat menumbuhkan kebajikan-kebajikan dalam pribadi dan pribadi yang kita cintai. Sehingga ketika kita mencintai yang muncul tidak hanya cerita-cerita melankolik yang membuat kita jadi pribadi yang lemah, namun cerita yang muncul adalah cerita tentang semangat perubahan, semangat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berkualitas.

Dalam buku ini juga di berikan bagaimana menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sebuah “misi besar” dalam mencintai. Bagaimana memanajemen cinta jiwa (cinta pada manusia) sehingga tidak hanya berujung pada sebuah romantisme yang melemahkan jiwa. Anis Matta menuliskan dalam Orang-Orang Romantis, “Orang-orang romantis selalu begitu: rapuh. Bukan keadaan romantisme menharuskan mereka rapuh. Tapi di dalam jiwa mereka ada bisa besar. Mereka punya jiwa yang halus. Tapi kehalusan itu berbaur dengan kelemahan. Dan itu bukan kombinasi yang bagus. Sebab batasnya jadi kabur: kehalusan dan kelemahan jadi tampak sama.” Seperti kisah Qais dan Layla.

Lanjut Anis Matta, Tapi inilah persoalan dalam ruang cinta jiwa. Jika cinta jiwa itu berdiri sendiri, dilepas sama sekali dari misi yang lebih besar, maka jalannya memang biasanya kesana : romantisme biasanya mengharuskan mereka mereduksi kehidupan hanya kedalam ruang kehidupan mereka berdua saja, karena disana dunia seluruhnya hanya damai. (Orang-Orang Romantis).

Ketika cinta jiwa berbenturan dengan sebuah Misi Ketuhanan yang mengharuskan adanya perpisahan dan peperangan, jiwa cenderung melemah dan menjadi “frustasi”. Tapi, lihatlah saat cinta jiwa telah selaras dengan cinta misi (Cinta yang tidak terbatas hanya pada mencintai secara fisik. Namun, jauh dari itu semua, bagaimana semangat cinta ini ditumbuhkan untuk mencapai sebuah keridhoan Allah di dunia dan akhirat), maka ia akan menghadirkan sebuah kekuatan jiwa yang memungkinkan mereka (orang-orang romantis) tidak menjadi korban karena rapuh. Seperti ketika syahidnya Syekh Abdullah Azzam disampaikan kepada istri beliau, janda itu hanya menjawab, “alhamdulillah, sekarang dia mungkin sudah bersenang-senang dengan para bidadari.”

Cinta misi inilah yang menjadi tema sentral dalam buku ini. Bagaimana memunculkan, menumbuhkan dan merawat cinta yang berujung pada misi besar kehidupan. Dengan mengangkat kisah-kisah agung dari pribadi-pribadi agung di masa Rasulullah dan para sahabat, kemudian dikaitkan dengan kondisi kekinian akhirnya muncul tesis-tesis tentang kekuatan cinta yang mampu mengubah kualitas hidup seseorang dan membangun sebuah peradaban. Selamat membaca.

Kotabumi, 2 April 2009

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat