Dia...

Selalu ada semangat yang menyelusup ke dalam hatiku, setiap aku melihat wajahnya. Wajah yang keras, karena memang hidup yang dilalui begitu keras. Namun, saat engkau berkenalan dan akhirnya berinteraksi bersamanya, engkau akan menyadari bahwa hatinya begitu lembut. Sangat lembut malah. Ia tidak mampu melihat orang lain kesulitan, ia selalu selangkah di depan jika ada orang yang membutuhkan bantuan. Sampai-sampai dirinya tidak ia perhatikan lagi. Pernah ku katakan kepadanya, bahwa kelemahan pada dirinya itu hanya satu, ya Cuma catu, yaitu ia begitu baik dengan orang lain, hingga kadang ia tidak memperhatikan dirinya lagi.

Selalu ada semangat yang menyelusup ke dalam hatiku saat aku melihatnya. Tubuhnya begitu kuat, sepertinya Allah memang menciptakannya sebagai tempat bersandar orang-orang di sekitarnya. Tangannya yang kasar, menunjukkan ia begitu sering bekerja keras. Tidak peduli panas atau hujan, jika kebaikan memanggil ia akan terus berangkat. Kadang kami malu, ia yang hidup dalam kesulitan dalam hal ekonomi, namun tidak pernah mengeluh. Tidak pernah ku lihat ia mengeluhkan dirinya yang begitu lelah. Pernah ku lihat ia mengangkat meja yang biasa di angkat oleh dua orang, “Biar cepat selesai.” Katanya saat ditanya kenapa diangkat sendiri.

Ya..selalu ada semangat yang mengalir lembut masuk dari ubun-ubunku. Saat ku melihatnya hendak berangkat bekerja. Pekerjaan sederhana dan menguras tenaga, namun dengan pendapatan yang minim, namun ia tidak pernah menunjukkan ketidaksukaan, terus semangat. Itulah Allah, Ia akan membalas kebaikan dengan kebaikan, bahkan kebaikan yang berlipat-lipat. Itu yang kulihat darinya. Keyakinan akan adanya pertolongan dari Allah begitu kental, ia begitu yakin bahwa kebaikan yang dilakukannya akan dibayar kontan oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyiakan hambanya.

Selalu ada semangat yang hadir saat ku mendengarkan ia berbicara. Kadang memang apa yang ia katakan tidak pernah ku sangka sebelumnya. Selalu ada ide baru dan membangun saat ia diminta untuk berpendapat. Sampai-sampai ia kadang enggan datang ke rapat-rapat, karena ia menginginkan teman-temannya berpikir sendiri dan tidak terlalu tergantung padanya.

Selalu ada semangat dari setiap gerak langkahnya. Membuat kami selalu ingin berjalan beriring dengannya. Berusaha untuk menjajari langkahnya.

Namun, ia hanya manusia biasa yang kadang boleh untuk bersedih. Bersedih karena ia belum sempat berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Hanya selaksa doa yang terus ia panjatkan kepada Allah, agar kiranya Allah menjaga kedua orang tuanya yang berada jauh di sana. Puisi-puisinya yang memberitakan kepadaku betapa ia merindukan kedua orang tuanya. Dalam sebuah perbincangan dengannya, ia bercerita, “Sepertinya orang tuaku tidak mengizinkan aku merantau sejauh ini, aku merasa perjalanan ini sepertinya begitu berat, aku khawatir kalau-kalau orang tuaku tidak meridhoi perjalanan ini.” “Ah itukah hanya perasaanmu saja, hati-hati syetan merasuki perasaan kita, sehingga menimbulkan rasa was-was dan akhirnya berprasangka buruk. Serahkan semua pada Allah, biar Allah yang mengatur semua.” Aku menimpali.

Adalah sebuah keberuntungan besar bagiku menjadi salah satu teman dekatnya. Aku banyak belajar tentang kehidupan darinya. Aku berharap bahwa kebersamaan kami ini diteruskan hingga akhir hayat dan bersambung di syurga kelak. Aku teringat kisah dua orang yang bersahabat karena Allah, suatu ketika salah satu di antara mereka meninggal dunia dan ia mendapat kabar gembira dengan mendapatkan Syurga sebagai balasan. Kemudian ia berdoa kepada Allah, Ya Allah si fulan adalah temanku, darinyalah aku mengenalmu, ia yang banyak mengingatkan akan pertemuan denganmu, oleh sebab itu sepeninggalku ini, selamatkan ia duhai Allah. Kemudian Allah menjawab, “Sesungguhnya jika engkau tahu balasan yang ku berikan kepadanya, engkau akan banyak tersenyum daripada menangis.” Ah .. aku berharap menjadi salah satu di antara mereka berdua.

Ya… selalu ada semangat saat bersamanya, saat melangkah bersamanya, saat berbicara dengannya, saat melihatnya. Sosok sederhana, dan namanya… (Medan, 24-01-2008).

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat