Rocky Balboa (Bagian I)

Beberapa bulan yang lalu, saat masih di Medan, aku mengetahui bahwa Film Rocky Balboa kembali di produksi. Teman-teman banyak yang mengatakan bahwa film ini kesannya dipaksakan oleh si “Rocky”. Setelah menyaksikan filmnya, teman-teman berkomentar sama dengan komentar saat film ini akan dibuat. Film ini kesannya dipaksakan. Karena aku belum pernah menyaksikan langsung, aku mengambil kesimpulan yang sama dengan teman-teman.

Beberapa hari yang lalu, saat berada di tempat penyewaan VCD dan DVD, aku mendapatkan VCD Rocky Balboa. Aku berpikir mengapa tidak ku saksikan saja langsung, siapa tahu pikiranku selama ini salah. Aku berpikir mungkin ada sisi positif yang dapat diambil dari film ini.

Film ini bercerita tentang kehidupan Rocky Balboa setelah menggantung sarung tinju dan membuka restoran. Kehidupannya memburuk saat istrinya meninggal dunia karena kanker. Praktis Rocky semakin kesepian, anak semata wayangnya telah tumbuh dewasa dan berusaha untuk mandiri.

Dalam kesepian itu, muncul ide “gila” dari dalam diri rocky, untuk naik ring lagi dan kembali bertinju. Padahal saat itu usianya sudah tidak muda lagi, di atas 50 tahun. Namun sisa-sisa kejayaan masa lalu itu, masih melekat di tubuhnya. Setelah usaha yang alot untuk mendapatkan lisensi bertinju lagi, rocky mendapatkan tawaran pertandingan eksebisi dengan petinju terbaik saat ini. Awalnya ia ragu, karena ia hanya berpikir untuk bertanding dalam skala kecil, local saja, bukan pertandingan akbar seperti tawaran yang datang kepadanya tersebut.

Ia ragu, dan itu adalah hal yang wajar. Karena niat awalnya hanya untuk melakukan sesuatu yang ia sukai. Itu saja. Melakukan apa yang ia sukai. Seorang temannya, “Little Marie” berkata padanya pada saat ia mengantarkannya pulang. Little Marie mengatakan, “Kita memiliki semangat, namun biasanya tidak memiliki kesempatan untuk mengguna-kannya lalu hal tersebut hilang. Inilah dirimu, kau akan selalu seperti ini, kau tidak menyingkir untuk siapapun hingga kau siap menyingkir. Tak penting akan terlihat seperti apa bagi orang lain, yang penting adalah terlihat seperti apa bagimu. Jika ini yang ingin dan harus kau lakukan, maka lakukanlah.

Penting bagi kita dalam menjalani kehidupan ini untuk melakukan dan mengerjakan sesuatu yang kita sukai. Rasa suka adalah awal dari sebuah hadirnya energi besar dalam diri untuk terus berjalan menentang badai kehidupan yang datang menghadang. Rasa suka adalah pupuk yang menyuburkan semangat, semangat akan terus tumbuh dan tumbuh. Perhatikan sekeliling kita, orang-orang yang mengerjakan apa yang ia sukai akan mendapatkan hasil pekerjaan yang sangat baik. Coba perhatikan pula orang-orang yang mengerjakan apa yang tidak ia sukai, maka hasil pekerjaannya tidak pernah baik dan berhasil. Cobalah.

Bersambung. (kotabumi, 26 April 2009)

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat