TIDAK ADA KEBETULAN

Tidak ada kebetulan di dunia ini. Semua berjalan dengan apa yang telah direncanakan dan ditentukan. Termasuk masa depan kita, apakah kita ingin berhasil atau justru kita hanya ingin menjadi seperti yang itu-itu saja, semua harus dan semestinya kita rencanakan. Seorang pakar manajemen, Peter Drucker pernah mengatakan, “Cara terbaik untuk mengetahui masa depan kita adalah dengan menciptakannya.”

Keputusan-keputusan yang kita ambil di masa lalu, hasilnya akan kita tuai di masa sekarang atau masa yang akan datang. Oleh sebab itu banyak orang bijak mengatakan “Hati-hati dengan pikiranmu, karena ia akan mempengaruhi niatmu, jika niat sudah tertanam maka ia akan melahirkan sebuah tekad, tekad akan mendorong kepada perbuatan. Perbuatan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadikannya sebuah kebiasaan. Kebiasaan akan membentuk sebuah karakter atau kepribadian, karakter seseorang itulah yang akhirnya menentukan nasibnya, berhasil atau tidak.”

Seperti kisah Kungfu Panda, yang bagi saya tidak hanya sebuah film kartun komedi yang membuat kita terhibur, lebih dari itu, film kartun ini telah mengajarkan sebuah pelajaran penting, bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Termasuk di dalamnya seekor panda gendut yang akhirnya terpilih menjadi the dragon warrior. Sebuah jabatan tertinggi di dunia per-kungfu-an.

Awalnya si Panda (namanya Poo) hanya punya mimpi, ya mimpi yang ia semai di dalam pikirannya, bahwa ia mencintai kungfu dan berharap suatu hari ia akan menjadi ahli kungfu. Akhirnya kesempatan itu datang, hari di mana pemilihan the dragon warrior tiba. Master Oogway, kura-kura bijak bestari, yang memiliki penglihatan jauh melebihi orang-orang di sekelilingnya, memilih si panda gendut, yang “secara tidak sengaja jatuh” tepat di depan Master Oogway. Namun, ternyata memang si panda inilah yang dipilih master oogway.

Master Oogway berkata kepada sahabatnya, Shifu, tidak ada kebetulan, termasuk pilihannya kepada panda itu. Sekarang, kata Master Oogway kepada Shifu, “Tugasmulah untuk menjadikanya the dragon warrior sesungguhnya.”

Sekali lagi tidak ada kebetulan, semua berawal dari pikiran dan hati kita yang mengkristal karena mendapat tempaan dari berbagai ilmu yang kita pelajari, buku yang kita baca, nasehat-nasehat orang-orang tua kita, pengaruh lingkungan tempat tinggal kita, pengaruh televisi, Koran dan sebagainya. Semuanya berkumpul menjadi satu, mengasah dan menempa buah pikiran yang telah disetujui hati tadi menjadi pilihan hidup kita. Dan kita jangan pernah menyerah sebelum akhirnya, Tuhan, menunjukkan hasil akhir dari pilihan hidup kita itu. Karena takdir itu berada di ujung dari usaha-usaha keras kita, manusia.

Oleh sebab itu, jangan heran jika anda melihat ada seorang yang sangat keras kepala memegang prinsip yang mungkin bagi kita “ada-ada aja” atau “anak ini cari susah saja” atau “hari gini kok masih berpikir seperti itu” dan lain sebagainya. Namun, satu hal yang harus kita pahami dan yakini bersama bahwa Tuhan yang maha kuasa tidak pernah tidur dan akan terus memeluk mimpi-mimpi kita dan mewujudkannya dengan cara yang sama sekali tidak kita duga sebelumnya. Dan saat hari itu tiba, kita akan lebih banyak tersenyum mengenang pahit dan sulitnya perjuangan dalam mewujudkannya. Semoga.

Kotabumi, 12 Maret 2010

www.boemikoo.blogspot.com

LARI KE BUKU

Kemarin adalah masa yang kurasa begitu sulit, memang kesulitan seperti hari kemarin pernah juga ku alami sebelumnya. Entah mengapa dadaku begitu sesak karena menahan amarah. Ada seorang yang sudah ku anggap saudara, meminta bantuan, sudah di bantu dan akhirnya justru menikam dari belakang. Ah... belum lagi dengan kata-kata yang tertulis di sms terakhirnya begitu memancing amarah. Saat membacanya ingin sekali aku menumpahkan semua kekesalanku selama ini yang aku pendam akibat perlakuannya padaku. Namun sekali lagi ku tahan. Justru saat aku menahan, saat itulah dadaku semakin sesak. Aku mengalami stress tinggi. Untungnya aku tidak sampai gila, tetap kuusahakan untuk tetap rasional. Untuk tetap berpikir positif, mungkin beliau lagi ada masalah dengan atasannya, dengan keluarganya dan dengan orang-orang disekitarnya.
Rata Penuh
Entah mengapa, sepertinya ada bisikan di dalam pikiranku yang menyuruhku untuk mendekati rak bukuku. Dan masih lewat bisikan yang masuk ke kepalaku itu, tanganku bergerak sendiri untuk mengambil sebuah buku kumpulan cerpen yang di tulis Biru Laut dan Golagong. Sebuah buku berjudul, “Subuh Itu Biru Chika”. Buku ini sudah beberapa kali ku tamatkan. Namun tidak ada salahnya jika untuk kali ini kembali ku baca. Toh buku ini sudah lama sekali tidak ku baca. Mungkin saja ada spirit baru yang bisa ku ambil dari buku ini.

Halaman demi halaman yang ku baca seperti mengerti kondisiku yang sedang tertekan. Cerita-cerita di buku ini sepertinya memiliki tema yang sama dengan kondisiku saat ini. Tema dari orang-orang yang tertekan, stress dan berusaha untuk mencari solusi atas masalahnya.

Satu pelajaran yang dapat ku ambil dari buku ini adalah, semua masalah itu datangnya dari Allah dan kembalikan kepadanya. Maksudnya, semua masalah itu Allah yang memberikan kepada kita, tujuannya adalah sebagai ujian atas diri kita. Mampukah kita melewati ujian kenaikan tingkat ini atau tidak. Banyak orang berhasil dan tidak sedikit yang gagal. Bagi mereka yang berhasil, maka kedewasaan berpikir dan bertindaklah hadiah atas ujian itu. Dan bagi yang gagal, hanya keterpurukan mental dan kadang berujung pada keputusasaan yang membunuh dirinya.

Aku beruntung sekali hari ini saat aku memiliki masalah yang kadang menyedot sebagian energiku, Allah memberikan petunjuk dengan mengarahkan pikiranku untuk membaca. Kadang di saat yang lain, Allah mengarahkanku untuk membaca Qur’an, dan sensasi yang sama ku dapatkan, sepertinya Allah ingin mengajakku berbicara lewat firmanNya serta memberikan solusi atas masalahku.

Tidak ada salahnya, jika anda atau siapa saja memiliki masalah yang sulit. Tenangkan pikiran anda dengan membaca buku. Ikuti saja nurani anda, biarkan tangan ini mengambil buku secara acak, baca perlahan dan rasakan bahwa Tuhan sedang mengarahkan kita untuk menemukan jawaban atas masalah kita. Semoga.

Kotabumi, 6 Maret 2010

www.boemikoo.blogspot.com

Catatan perjalanan Bandung – Serang “MENCARI RUMAH DUNIA”

bagian 2

Suara azan membelah kota ini. Ku bangunkan teman-teman yang lain. “sudah azan” kataku. Ku langkahkan kaki menyusuri jalanan yang masih sepi. Ku lihat di pinggir jalan, di emperan toko, beberapa tukang becak masih terlelap dengan alas seadanya. Terus ku ayunkan kaki menuju masjid agung Serang.

Dari pengeras suara masjid dapat ku dengar bahwa sholat subuh telah memasuki pertengahan rakaat pertama. Ada seorang tentara berlari kecil menuju masjid. Ada komplek korem di dekat masjid. Sampai didalam aku tertinggal serakaat.

Selesai sholat, aku dan Arief duduk di beranda masjid sambil bercerita tentang pengalaman di beberapa daerah. Terkait kondisi udara, Bandung yang dingin, Medan yang panas, Lampung yang sangat panas, Serang yang panas, dan Bali yang ternyata dua kali lebih panas dari Serang.

Selesai sarapan kupat tahu di alun-alun yang ramai sekali dengan orang yang olahraga dan berbelanja di pasar kaget, kami mempersiapkan diri mencari lokasi Rumah Dunia yang telah kami dapatkan alamatnya. Dengan menumpang angkot jurusan sembarang, kami berangkat menuju pertigaan pusri kemudian komplek hegar alam. Kebetulan si supir tau alamat yang kami tuju, langsung saja kami minta beliau untuk mengantarkan kami ke sana.

Dalam perjalanan ini ku temukan Jalan Yusuf Martadilaga atau yang biasa di sebut YUMAGA, kawan-kawan akan dapatkan cerita tentang jalan ini di buku Balada Si Roy milik Gola Gong.

Oh ya, hari jum’at yang lalu adalah tanggal lahir nabi Muhammad SAW, di serang ada sebuah tradisi Muludan kata mereka. Dalam acara ini, penduduk ada yang me-wakaf-kan sebagian hartanya. Harta ini dapat berupa makanan yang dibagikan ke seluruh tetangga, ada pakaian, kain panjang dan lain-lain. Diiringi sholawat yang dinyanyikan beberapa orang dengan diiringi tepukan rebana. Masyarakat tumpah ruah ke jalan desa, mereka saling bersalaman, menebarkan salam dan senyuman. Persis seperti suasana lebaran.

Kami terpaksa berjalan sekitar 300 meter dari posisi terakhir angkot, karena kendaraan tidak bisa lewat. Sambil berjalan kami berbaur besama masyarakat ikut menikmati riuh rendah sholawat, menikmati kemeriahan peringatan maulid nabi SAW. Lepas dari kerumunan masyarakat, akhirnya kami sampai di depan rumah dunia, ada plank kecil bertuliskan “pustakaloka rumah dunia, untuk anak dan remaja, buka 13.00-17.00”.

Kami berharap bahwa Gola Gong ada di rumah sehingga kami bisa berbagi pengalaman dengan beliau. Melewati pintu, kami melihat gola gong bersama beberapa orang (2 orang bule, dan 2 orang indonesia) sedang berbicara. Saat kami datang, gola gong langsung menyambut kami dengan hangat. “mari-mari, dari mana ini?” tanya beliau sambil mengulurkan tangannya. Satu persatu kami menyalami tangan beliau, sungguh tangan yang luarbiasa, dari tangannya itu, telah lahir 70 judul buku. Sambil memperkenalkan diri. Terlihat sekali beliau sangat antusias dan hangat. Benar kata orang bijak, antusias itu seperti virus, dia akan menyebar. Termasuk antusiasme Golagong yang menyebar ke kami pagi itu.

Kalimat selanjutnya, beliau meminta kami untuk menganggat kursi plastik dari gudang ke bawah pohon, “biar enak kita ngobrolnya.” Dan tak lupa beliau memperkenalkan tamu-tamunya yang telah datang lebih dulu, “Mereka dari discovery channel, mau syuting tentang rumah dunia nanti.” Kamipun menyalami mereka semua.

Selesai menata kursi di bawah pohon, gola gong langsung mengambil tempat di tengah-tengah kami dan memulai cerita hangat pagi itu. Beliau tidak berbasa-basi, langsung menceritakan ide-idenya tentang program-program pembangunan karakter bangsa lewat menulis. Beliau bercerita, “Saya sedang mengkampanyekan kegiatan wakaf buku, daripada kegiatan muludan ini mewakafkan makanan, lebih baik kita wakafkan dalam bentuk buku, lebih bermanfaat. Tadi saya posting di FB tentang wakaf buku ini, tanggapan mengalir bahkan ada yang sangat ekstrim menentang.” Diakhiri dengan senyuman beliau memberi kesempatan kepada kami untuk menanggapinya.

Selanjutnya diskusi kami pagi ini berlanjut tentang buku beliau yang legendaries, Balada Si Roy, tentang rencana-rencana beliau di rumah dunia, dan Forum Taman Bacaan Masyarakat Indonesia. Sebagai informasi, beliau baru saja di pilih untuk menjadi ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Indonesia. Selain itu, kami juga bertanya tentang proses kreatif beliau dalam menghasilkan karya, pendapat beliau bagaimana memajukan minat baca masyarakat.

Semakin siang, semakin ramai rumah dunia, apalagi ada syuting Discovery Channel, kemudian ada kelas menulis dan kegiatan lainnya.

Tak terasa waktu berlalu sangat cepat. Dari niat untuk pulang di pukul 10 pagi, jadi molor sampai waktu zuhur tiba. Ya, golagong terus menahan kami dengan cerita-ceritanya yang menginspirasi dan menggugah ego kami sebagai pendobrak. namun, waktu jua yang membatasi kami. Sebelum pulang, ku minta no hp beliau dan meminta izin untuk menampilkan teater di rumah dunia. Dan beliau mengizinkan untuk tampil di akhir bulan Maret ini ada jadwal teater.

Yah, satu lagi mimpiku terwujud. Bertemu dengan penulis luarbiasa yang biasaku temui lewat tulisan-tulisannya. Aku bersyukur sekali semoga Allah memberikan kesempatan lagi untuk bertemu dan berbagi dengan GolaGong, mungkin suatu hari nanti ku minta beliau memberikan pengantar dan testimonial untuk bukuku. Semoga.

-Selesai-

Catatan perjalanan Bandung – Serang “MENCARI RUMAH DUNIA”

bagian 1

Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam dari terminal luwi panjang Bandung, akhirnya kami berempat, Arief, Fuzi, Opick dan aku sampai di Terminal Pakupatan Serang Banten. Terminal yang babak belur di pintu keluarnya. Lebih mirip kubangan kerbau ketimbang jalanan. Supir bus yang kami tumpangi “ngedumel”, katanya, “terminal ini Cuma narik duit aja, tapi gak juga diperbaiki.” Aku dan opick yang duduk tepat di belakangnya hanya tersenyum mendengarnya.

Hari sudah mulai gelap, sekitar pukul 19.10 waktu Serang. Pertama yang kami cari adalah masjid. Teman-temanku menggantungkan ‘nasib’ mereka di Serang ini kepadaku. Diantara kami memang akulah yang “paling tahu” tentang Serang. Aku hanya tersenyum dalam hati bahwa pengetahuanku tentang Serang hanya sebatas apa yang pernah Golagong ceritakan dalam Balada Si Roy-nya. Bahkan aku sering tidak ingat bahwa cerita itu telah lahir sejak tahun 1987-1988. Mungkin saja banyak yang sudah berubah di kota ini.

Tujuan utama kami adalah “Rumah Dunia” kediaman Gola Gong dan keluarga. Memang sudah kami niatkan bahwa kami harus mendatangi tempat luarbiasa ini. Selain untuk bersilaturrahim dengan salah satu penulis besar negeri ini (dari 5 jarinya telah lahir 70 judul buku), kami juga ingin menyerap spirit yang mengalir di Rumah Dunia. Kalau-kalau saja bisa kami ambil dan terapkan di kampung kami masing-masing.

Karena alamat yang masih simpang siur, akupun lupa nama daerahnya. Yang kuingat hanya daerah “Ciloang” tepatnya apa aku lupa. Asli. Aku pikir ada baiknya kami mencari warnet untuk mencari detail alamat Rumah Dunia. Kami temukan sebuah warnet di sebelah pusat perbelanjaan. Alamat dan nomor teleponnya berhasil ku catat. Langsung kami telepon menanyakan bagaimana cara cepat dan tepat untuk sampai ke Rumah Dunia. Sebuah kata kunci untuk teman - teman yang ingin mampir ke Rumah Dunia adalah “pertigaan pusri” karena terdapat gudang pupuk pusri.

Karena sudah malam kami mencari penginapan untuk meletakkan barang-barang kami, lebih tepatnya barang-barangku. Aku membawa 2 karung jaket dari Bandung. Daerah yang kami tuju selanjutnya adalah daerah “Royal”. Oh ya, Serang ini ibukota yang unik, kenapa, karena angkot di kota ini tidak memiliki trayek khusus. Tergantung penumpang yang paling banyak ke arah mana. Maka angkot akan bergerak ke arah sana. Biasanya supir angkot akan bertanya, “mau kemana?” jika angkot itu masih kosong dan kita bertiga atau lebih memiliki arah yang sama, biasanya angkot akan langsung menyetujui arah yang kita minta.

Sesampai di jalan Royal atau “Jalan Sultan Ageng Tirtayasa”, kami mencari penginapan. Ada banyak penginapan tinggal memilih. Namun kami masuk ke sebuah penginapan yang”sepertinya” paling murah. Dari tampilan depannya terlihat kalo penginapan ini murah. Dan memang satu kamar (dua tempat tidur) harganya Rp. 50.000 per malam. Seharusnya kami menyewa dua kamar. Tapi kami pikir sewa satu kamar aja untuk berempat. Dan pengurus penginapan mengizinkannya. Aneh ya… biasanya kalo kamar dengan 2 tempat tidur hanya di perkenankan diisi oleh 2 orang. Jika ingin menambah orang di kamar itu, maka harus menambah biaya atau tidak diizinkan. Untuk kami berempat harusnya menyewa 2 kamar (minimal).

Kami makan malam tepat di depan penginapan. Oh ya si Arief pernah bertanya kepadaku sewaktu di bus. “apa makanan khas dari serang atau banten?” setelah berpikir sejenak, ku dapatkan jawabannya (masih dari buku Balada Si Roy) “Nasi Sumsum.” Jawabku cepat. Perlu teman-teman ketahui bahwa nasi sumsum ini adalah nasi yang dicampur sumsum sapi, dibungkus daun lalu di panggang seperti memanggang sate sampai setengah matang saja. Makanan ini gurih sekali. Hal ini yang diceritakan Gola Gong dalam serial Balada Si Roy. Tepatnya dibuku ketiga. Namun sayangnya saat kami bertanya-tanya dari terminal hingga Royal (pusat kota) tak juga kami temukan orang yang mengetahui dimana penjual nasi sumsum.

Kami tertawa, karena menyadari bahwa cerita tentang nasi sumsum di Serang itu telah ada sejak tahun 80 an. Mungkin saja makanan itu telah punah dimakan usia.

Selesai makan, kami menyusuri royal malam hari. Apalagi ini malam minggu jadi banyak orang yang keluar menikmati malam panjang (katanya).

Penat, gerah dan lelah yang kami rasakan memaksa kami untuk segera kembali ke penginapan untuk istirahat. Serang memang panas jika dibandingkan dengan Bandung. Temanku Arief tidak bisa tidur dan terpaksa keluar kamar, tidur di depan televisi yang ada kipas angin besar. Fuzi, ku lihat kerap terbangun dari tidurnya. Yang luarbiasa si Opik sejak kepalanya menyentuh bantal, ia langsung tertidur. Sedangkan aku masih menekuni sebuah majalah. Hingga akhirnya sekitar pukul 12 malam ku pejamkan mata dan terbangun sekitar pukul 3 pagi, selanjutnya aku tidak tidur.

Bersambung…