Catatan perjalanan Bandung – Serang “MENCARI RUMAH DUNIA”

bagian 2

Suara azan membelah kota ini. Ku bangunkan teman-teman yang lain. “sudah azan” kataku. Ku langkahkan kaki menyusuri jalanan yang masih sepi. Ku lihat di pinggir jalan, di emperan toko, beberapa tukang becak masih terlelap dengan alas seadanya. Terus ku ayunkan kaki menuju masjid agung Serang.

Dari pengeras suara masjid dapat ku dengar bahwa sholat subuh telah memasuki pertengahan rakaat pertama. Ada seorang tentara berlari kecil menuju masjid. Ada komplek korem di dekat masjid. Sampai didalam aku tertinggal serakaat.

Selesai sholat, aku dan Arief duduk di beranda masjid sambil bercerita tentang pengalaman di beberapa daerah. Terkait kondisi udara, Bandung yang dingin, Medan yang panas, Lampung yang sangat panas, Serang yang panas, dan Bali yang ternyata dua kali lebih panas dari Serang.

Selesai sarapan kupat tahu di alun-alun yang ramai sekali dengan orang yang olahraga dan berbelanja di pasar kaget, kami mempersiapkan diri mencari lokasi Rumah Dunia yang telah kami dapatkan alamatnya. Dengan menumpang angkot jurusan sembarang, kami berangkat menuju pertigaan pusri kemudian komplek hegar alam. Kebetulan si supir tau alamat yang kami tuju, langsung saja kami minta beliau untuk mengantarkan kami ke sana.

Dalam perjalanan ini ku temukan Jalan Yusuf Martadilaga atau yang biasa di sebut YUMAGA, kawan-kawan akan dapatkan cerita tentang jalan ini di buku Balada Si Roy milik Gola Gong.

Oh ya, hari jum’at yang lalu adalah tanggal lahir nabi Muhammad SAW, di serang ada sebuah tradisi Muludan kata mereka. Dalam acara ini, penduduk ada yang me-wakaf-kan sebagian hartanya. Harta ini dapat berupa makanan yang dibagikan ke seluruh tetangga, ada pakaian, kain panjang dan lain-lain. Diiringi sholawat yang dinyanyikan beberapa orang dengan diiringi tepukan rebana. Masyarakat tumpah ruah ke jalan desa, mereka saling bersalaman, menebarkan salam dan senyuman. Persis seperti suasana lebaran.

Kami terpaksa berjalan sekitar 300 meter dari posisi terakhir angkot, karena kendaraan tidak bisa lewat. Sambil berjalan kami berbaur besama masyarakat ikut menikmati riuh rendah sholawat, menikmati kemeriahan peringatan maulid nabi SAW. Lepas dari kerumunan masyarakat, akhirnya kami sampai di depan rumah dunia, ada plank kecil bertuliskan “pustakaloka rumah dunia, untuk anak dan remaja, buka 13.00-17.00”.

Kami berharap bahwa Gola Gong ada di rumah sehingga kami bisa berbagi pengalaman dengan beliau. Melewati pintu, kami melihat gola gong bersama beberapa orang (2 orang bule, dan 2 orang indonesia) sedang berbicara. Saat kami datang, gola gong langsung menyambut kami dengan hangat. “mari-mari, dari mana ini?” tanya beliau sambil mengulurkan tangannya. Satu persatu kami menyalami tangan beliau, sungguh tangan yang luarbiasa, dari tangannya itu, telah lahir 70 judul buku. Sambil memperkenalkan diri. Terlihat sekali beliau sangat antusias dan hangat. Benar kata orang bijak, antusias itu seperti virus, dia akan menyebar. Termasuk antusiasme Golagong yang menyebar ke kami pagi itu.

Kalimat selanjutnya, beliau meminta kami untuk menganggat kursi plastik dari gudang ke bawah pohon, “biar enak kita ngobrolnya.” Dan tak lupa beliau memperkenalkan tamu-tamunya yang telah datang lebih dulu, “Mereka dari discovery channel, mau syuting tentang rumah dunia nanti.” Kamipun menyalami mereka semua.

Selesai menata kursi di bawah pohon, gola gong langsung mengambil tempat di tengah-tengah kami dan memulai cerita hangat pagi itu. Beliau tidak berbasa-basi, langsung menceritakan ide-idenya tentang program-program pembangunan karakter bangsa lewat menulis. Beliau bercerita, “Saya sedang mengkampanyekan kegiatan wakaf buku, daripada kegiatan muludan ini mewakafkan makanan, lebih baik kita wakafkan dalam bentuk buku, lebih bermanfaat. Tadi saya posting di FB tentang wakaf buku ini, tanggapan mengalir bahkan ada yang sangat ekstrim menentang.” Diakhiri dengan senyuman beliau memberi kesempatan kepada kami untuk menanggapinya.

Selanjutnya diskusi kami pagi ini berlanjut tentang buku beliau yang legendaries, Balada Si Roy, tentang rencana-rencana beliau di rumah dunia, dan Forum Taman Bacaan Masyarakat Indonesia. Sebagai informasi, beliau baru saja di pilih untuk menjadi ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Indonesia. Selain itu, kami juga bertanya tentang proses kreatif beliau dalam menghasilkan karya, pendapat beliau bagaimana memajukan minat baca masyarakat.

Semakin siang, semakin ramai rumah dunia, apalagi ada syuting Discovery Channel, kemudian ada kelas menulis dan kegiatan lainnya.

Tak terasa waktu berlalu sangat cepat. Dari niat untuk pulang di pukul 10 pagi, jadi molor sampai waktu zuhur tiba. Ya, golagong terus menahan kami dengan cerita-ceritanya yang menginspirasi dan menggugah ego kami sebagai pendobrak. namun, waktu jua yang membatasi kami. Sebelum pulang, ku minta no hp beliau dan meminta izin untuk menampilkan teater di rumah dunia. Dan beliau mengizinkan untuk tampil di akhir bulan Maret ini ada jadwal teater.

Yah, satu lagi mimpiku terwujud. Bertemu dengan penulis luarbiasa yang biasaku temui lewat tulisan-tulisannya. Aku bersyukur sekali semoga Allah memberikan kesempatan lagi untuk bertemu dan berbagi dengan GolaGong, mungkin suatu hari nanti ku minta beliau memberikan pengantar dan testimonial untuk bukuku. Semoga.

-Selesai-

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat