agaknya ada benarnya juga

kita mungkin pernah menyaksikan iklan sebuah produk 'KB' di televisi

-sebelum nikah-
kapan nikah...?

-setelah nikah-
kapan mau punya anak...?

-setelah punya anak-
kapan ya, kamu dapat adik...? (sambil gendong si anak)

dalam kehidupanku, pertanyaan itupun hadir. dahulu sebelum aku menikah, banyak pertanyaan tentang "kapan nikahnya...?", aku pikir setelah menikah pertanyaan-pertanyaan menyeldik itu segera berakhir, namun ternyata aku salah, pertanyaan berikutnya hadir, "udah isi belum?" (maksudnya, istriku sudah hamil belom?). kadang aku ternyum sendiri mengenang itu. Istrikupun sering mengatakan, "dulu belum nikah nanya kapan nikah, sudah nikah nanyanya udah isi belom." aku tersenyum dan ku katakan pada istriku bahwa pertanyaan-pertanyaan itu adalah suatu yang lumrah dan memang seperti itu urutannya...hehehe

ah...aku punya jawaban sendiri saat di tanya, "sudah isi belom?" kukatakan, "kami masih seneng pacaran." hehe, memang sejak dulu aku belum pernah pacaran, begitupun istriku, jadi setelah kami menikah, yah...bisa dikatakan kami menikmati masa-masa pacaran kami yang sengaja kami tunda sampai akhirnya kami menikah.

ya, tapi sebenarnya memang, semua itu urusan Allah, mau cepat 'isi' atau lambat itu semua kuasa Allah. Kita hanya menjalani saja, biarkan Dia yang menentukan yang terbaik buat kita. karena Dialah yang paling tau yang terbaik dalam hidup dan kehidupan kita. nikmati dan syukuri apa yang ada hari ini. gitu kan?

ada kah?

adakah kau menyesal...?
saat usahamu tak berbuah keberhasilan...?

adakah kau menyesal...?
saat inginmu tak kunjung kau dapatkan...?

adakah kau menyesal...?
saat cintamu tak kunjung bersambut..?

adakah kau menyesal...?
saat semuanya hilang tak berbekas...?

adakah kau menyesal...?
saat semuanya pergi meninggalkanmu...?

adakah kau menyesal...?

aku rasa tidak!

Tentang Orang Tua

kenapa ya...?

pertanyaan sederhana yang baisa hadir dalam pikiran kita, saat sering kali komunikasi kita menjadi mentah saat berbenturan pendapat dengan orang tua kita. sering aku menemukan, teman-teman yang memiliki keinginan setelah mereka menyelesaikan pendidikan tingginya, seperti pekerjaan seperti apa yang ingin mereka tekuni. sering kali orang tua masih saja mencoba untuk mencampuri pilihan-pilihan anaknya. 

salah kah?

aku rasa tidak, karena bagaimanapun orang tua tetap memiliki hak atas hidup anaknya. mereka tetap menginginkan akhir yang baik bagi kehidupan anak-anaknya. itulah sebabnya mereka seperti sangat 'mencampuri' urusan anaknya mulai dari sekolah, jodoh, hingga pekerjaan.

namun, sebagai orang tua juga, setidaknya mereka juga mulai membuka mata, bahwa perputaran waktu sudah sangat jauh sekali. masa lalu yang mereka lalui, sudah sangat berbeda dengan apa yang dihadapi anak-anaknya. tentunya, sang anak harus tetap mengomunikasikan pilihan-pilihan hidupnya kepada orang tuanya. satuhal yang harus hadir dalam pikiran kita sebagai anak adalah orang tua kita menginginkan yang terbaik bagi kehidupan kita. 

intinya tetap komunikasi yang baik antara kedua pihak akan memunculkan kesimpulan yang baik pula. setidaknya aku sudah pernah melewati masa-masa diskusi yang hangat dengan orang tua saat mengomunikasikan pilihan hidupku sebagai seorang pengusaha. dan biasanya, diskusi akan macet saat bicara masalah pekerjaan masa depan si anak, jika si anak sudah sarjana...biasanya orang tua akan bersikukuh menyuruh anaknya untuk menjadi pegawai. aku pikir itu hal yang wajar dan kita sebagai anak jangan terbawa emosi, seperti dikatakan istriku, "kita hanya perlu membuktikan bahwa pilihan hidup kita ini tidak salah selama kita bertanggungjawab penuh atas pilihan itu dan tidak menyalahkan orang lain saat pilihan itu tidak berjalan dengan mulus."

salam!

Tentang Berbicara di Depan Publik

Hari ini, Jum'at 24 Juni 2011, aku dan seorang temanku, Iqbal, kami berdua sholat jum'at di Masjid Aceh Sepakat Medan. Protokol membacakan bahwa yang menjadi Khotibnya adalah seorang Doktor.

Dalam pikiranku, ah...paling khotbah kali ini akan biasa-biasa saja seperti yang selama ini ku saksikan

Sang khotib mengawali khotbah dengan perlahan, disitir beberapa ayat al qur'an dan tanpa basa-basi langsung masuk ke masalah. beliau menyampaikan sebuah ayat tentang penghambaan kepada Allah dan menghindari syirik. 

Materinya sudah sering kita dengar, mungkin sudah berkali-kali, namun hari ini rasanya berbeda. sang khotib menyampaikan ayat ini dengan cara yang sangat..sangat berbeda dari kebanyakan khotib yang 'datar..datar saja'. 

Salah satu kesimpulanku hari ini adalah khotib tadi, pak Doktor tadi, betul-betul menguasai teknik public speaking dengan baik dan beliau mengetahui dasar khotbah yang di ajarkan rasulullah, bersemangat, seperti akan berangkat perang, singkat dan padat. 

Hal inilah yang harusnya menjadi salah satu perhatian lembaga  yang punya tanggung jawab mengurusi da'i, bagaimana para da'i harus memiliki kemampuan public speaking yang di atas rata-rata orang kebanyakan. karena pembicara yang 'terlatih dan terbiasa' itu akan sangat berbeda "rasa"nya, dan lebih lanjut, dengan kemampuan public speaking yang mumpuni, pesan-pesan Tuhan itu akan sampai ke pendengar dengan baik dan berbekas. 

Penyakit kebanyakan kita, selalu memperhatikan siapa yang yang berbicara daripada apa yang dibicarakan. jika si pembicara saja sudah mampu menarik perhatian audience, mudah-mudahan, audience akan lebih mudah menangkap materi yang disampaikan. 

salam!

kejar mengejar

sering merasa di kejar? atau mengejar?

jika kita di hadirkan dua pertanyaan ini, mana yang lebih enak, dikerja atau mengejar. kalo saya di sodorkan pertanyaan ini, saya lebih senang mengerjar, terlalu lelah untuk sebentar-sebentar melihat ke belakang, sudah berada di mana 'sipengejar' kita tadi. 

kita juga sering mendengar pernyataan, lebih mudah meraih ketimbang mempertahankan. saya pikir pernyataan ini juga memiliki korelasi dengan kejar dan mengejar tadi. meraih itu dekat maknanya dengan mengejar, sedangkan mempertahankan dekat maknanya dengan dikejar. 

aku teringat salah satu kalimat yang di ucapkan 'ksatria' dalam film King Arthur, saat mereka di kejar-kejar tentara saxon. kstatria arthur berkata, 'aku sudah cape harus terus-menerus mengawasi belakangku.'

namun, dalam hidup, kita akan dihadapkan kepada dua hal ini, apakah kita sebagai pengejar atau pihak yang dikejar. saran saya sih, jangan cepat menyerah. berbuat sebaiknya saja, tentunya Tuhan akan memberikan hasil yang terbaik. tidak soal kita mengejar atau dikejar.

-

Bersama kesulitan ada kemudahan... pasti!

Memulai Semua dari Nol

Memulai semuanya dari nol lagi.

Tidak pernah akhirnya hadir dalam pikiranku, bahwa aku harus kembali lagi ke kota ini, memulai hidupku di sini, mungkin untuk selamanya. Pada maret 2009, sudah kuputuskan, bahwa aku akan menghabiskan sisa hidupku di sana, di kampung halamanku. Namun, ternyata Allah memang punya cara yang sangat unik dalam mengatur jalan hidup setiap hambaNya.

apa aku menyesal? Tidak, aku justru bersyukur, terkuak satu lagi rahasia hidupku. aku diberi kesempatan lagi untuk belajar, menemui tantangan baru, menemui orang-orang baru, semoga langkah ini menjadi batu lompatan yang akan mengantarkan pada ledakan dalam hidupku.

...