...

Apapun yang terlihat di depan mata kita, dapat menjadi sebuah peluang yang bernilai ekonomi

Biarkan pikiran anda terbuka lebar, maka anda akan mendapati dunia ini begitu indah dan anda akan mengungkap satu persatu rahasianya.

Terkait Niat (masih hari2 'katanya' pengusaha)

Ternyata, niat memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan kesuksesan seseorang. Apakah sukses dalam berusaha atau kegiatan yang lain. Niat atau dalam kata lain motif seseorang melakukan sesuatu akan menjadi dorongan (motivasi) dari dalam dirinya dan dalam kajian LOA, motivasi ini juga mendorong alam semesta untuk mendukungnya menarik semua keinginnannya. Seperti telah terjadi percakapan antara jiwa seorang manusia dengan alam semesta ini, saat hati manusia berniat (apakah baik atau buruk), maka secara otomatis, niat itu akan didengar dan di bantu oleh alam untuk di wujudkan.

Jika dalam kajian akidah, setiap manusia berniat atau terbersit sebuah persangkaan atau dalam bahasa saya semacam “harapan/ hope” maka Allah berkata, permintaanmu Ku kabulkan. Dalam sebuah hadist qudsi, Allah berfirman, Aku adalah berdasarkan persangkaan hambaKu.

Seperti dalam perbincangan siang tadi bersama dua orang teman. Salah seorang teman menceritakan kisah keberhasilan adiknya dalam memperbaiki taraf hidupnya. Dari kondisi yang minus (tidak memiliki asset, malah memiliki hutang hingga 48 juta), menjadi kondisi yang plus (memiliki aset berupa tanah seluas 4 hektar ditanami sawit dan usaha koperasi yang menampung hasil panen petani sawit).

Pertanyaannya apa yang menyebabkan ia begitu bersemangat mengumpulkan pundi-pundi hartanya. Ternyata satu, motifnya adalah “Saya harus melunasi hutang-hutang saya.” Itu yang terbesit dalam hati dan pikirannya, yang kemudian ia jadikan bahan bakar untuk terus bekerja mengumpulkan uang guna membayar semua hutangnya. Setelah hutangnya selesai, apakan selesai? Tidak, ia ganti motifnya memperbaiki ekonomi keluarganya yang awalnya miskin menjadi lebih baik. Bahkan jika memungkinkan membantu saudara-saudaranya yang lain.

Oh ya, sebelum terlupa, kesuksesan yang diraih oleh pahlawan kita ini bukan yang terjadi tiba-tiba. Hanya dengan mengucap ‘simsalabim’ maka langsung terjadi. Namun, ia harus menjalaninya bertahun-tahun, menyusuri jalan yang berliku, naik dan turun, terkadang tubuhnya ‘terpaksa’ harus diistirahatkan, karena tidak mampu mengimbangi kerasnya keinginan hati dan pikirannya.

Jadi milikilah motif yang kuat, mengapa saya harus berhasil. Dan kalau bisa, motif itu harus nyata, dalam artian tertulis dengan nyata (di tulis di kertas, buku atau yang sejenisnya) tidak hanya kita tulis dalam ingatan saja. Jika ini telah kita lakukan, maka yakinlah seluruh alam semesta ini akan membantu kita dan yang paling utama adalah Allah akan mengabulkan apa saja yang menjadi permintaan kita, tentu saja jika kita memang menginginkanya dan mengejarnya dengan sungguh-sungguh. Percayalah.

Apel dengan Apel (Hari2 'katanya' Pengusaha)

Kalo membandingkan sesuatu itu dengan yang sebanding, jangan mengambil perbandingan dengan sesuatu yang tidak sebanding. Jika bandingin apel ya dengan apel, tidak dengan jeruk apa lagi durian atau semangka. Tidak imbang.

Suatu sore yang cerah, seorang ayah menasehati anaknya dengan kata-kata di atas, apa pasal? Si anak memuji sang ayah yang telah merengkuh pundit-pundi kesuksesan dari pekerjaannya sebagai pengusaha. Sedangkan si anak, hingga hari ini, belum juga terlihat bahwa kehidupannya semakin membaik.

Sang ayah bertanya, “Sudah berapa lama kau, menyusuri jalan sebagai wiraswasta atau pengusaha?”

“Satu tahun ini”

“Bapak untuk sampai pada kondisi sekarang ini, perlu 15 tahun yang penuh dengan perjuangan dan kesabaran, sedangkan engkau baru saja satu tahun.”

“Kalo membandingkan sesuatu itu dengan yang sebanding, jangan mengambil perbandingan dengan sesuatu yang tidak sebanding. Jika bandingin apel ya dengan apel, tidak dengan jeruk apa lagi durian atau semangka. Tidak imbang.”

“Jika kau ingin berkaca, lihatlah orang-orang yang selevel denganmu, baik usia, lama perjuangan dan hal-hal lain yang sebanding. Bapak justru bangga denganmu, di usia yang masih sangat belia ini, kau sudah berani mengambil sebuah keputusan penting dalam hidup yang akan sangat berpengaruh pada kualitas hidup dan masa depanmu. Di usia yang masih sangat muda, kau sudah berani mengambil resiko, keluar dari pekerjaan yang telah memberimu semua fasilitas hidup, menuju sebuah hidup yang belum jelas ujungnya. Dan itu sebuah prestasi, bapak yakin bahwa kau akan lebih sukses dari apa yang kau pikir dan impikan.”

Terkadang, kacamata kita sering salah dalam melihat. Kadang kita harus sering-sering mengganti kacamata untuk dapat melihat dari berbagai sisi. Kadang ada hal-hal yang menurut kita baik, dalam pandangan yang lain justru kurang baik. Dan banyak hal lain dalam kehidupan ini yang sering membuat kita takut, khawatir dan ragu-ragu, justru semua itu kadang hadir tanpa alasan yang benar atau dari sudut pandang (kacamata) yang benar.

Seperti seorang anak tadi yang memandang hanya ‘ujung-nya’ saja dari perjuangan panjang bapaknya. Dan di saat yang bersamaan, justru si bapak merasa bangga, jika anaknya yang masih muda belia ini, berani mengambil keputusan ‘radikal’ dalam hidupnya.

Tak semudah yang Ku bayangkan (Hari2 Pengusaha)

Ternyata memang tidak semudah yang kubayangkan, walau menurut mereka, membayangkan secara nyata akan sangat membantu hadirnya sebuah “bantuan” dari alam untuk mewujudkan apa yang kita bayangkan. Aku tidak menyangkal akan hal itu, karena beberapa dari yang kubayangkan itu, saat ini sudah menjadi bagian dari apa yang ku capai hari ini.

Menjadi pengusaha, wiraswasta, atau entrepreneur adalah bagian dari cita-cita yang ingin ku wujudkan. Ada dua hal yang ingin ku kerjakan (pekerjaan) selesai dari menempuh pendidikan resmi, yaitu pertama menjadi dosen dan kedua menjadi pengusaha. Mengapa aku menginginkan kedua hal ini? Jawabnya adalah karena aku mengingingkannya. Cuma itu. Menjadi dosen adalah bagian dari tradisi keluarga besar ibuku. Sebagian besar dari kami adalah ‘pendidik’. Dikarenakan aku menamatkan pendidikan tinggi tidak di bidang pendidikan, maka aku memilih menjadi dosen di bidang yang kukuasai. Sedangkan saat ditanya mengapa ingin menjadi pengusaha, aku tidak tahu. Hanya panggilan dari dalam jiwaku mengatakan seperti itu. Entahlah, apakah karena memang di dalam diriku mengalir darah pengusaha (sebagian besar anggota keluarga ayahku adalah pengusaha, termasuk ayahku)? Semua terjadi begitu saja dan keinginan itu semakin hari semakin membesar. Terlebih saat berinteraksi dengan orang-orang yang berprofesi sebagai pengusaha, sepertinya jiwa ini begitu nyaman. Seperti yang dikatakan dalam sebuah kata bijak, bahwa, jiwa ini seperti tentara, ia akan mencari barisannya. Begitulah yang kurasakan saat bersama dengan orang-orang yang berprofesi sebagai pengusaha.

Ternyata memang tidak semudah yang ku bayangkan. Aku hanya perlu sedikit bersabar untuk menikmati hasil dari kerja keras membangun mimpi ini. Seperti dinasehatkan para pelatih bisnis, untuk sukses dalam dunia entrepreneur, anda haru berani menunda kesenangan dan terus membangun asset yang akan bekerja untuk anda. Bersabarlah, bersabarlah adalah kata-kata yang senantiasa ku bisikan ke dalam jiwa dan pikiranku. Aku tidak ingin dikalahkan oleh bisikan “negative” yang begitu menggiurkan.

Bagaimana tidak menggiurkan, disaat aku saat ini harus bersabar bekerja dari pagi buta hingga larut malam demi mengumpulkan uang lembaran ribuan, disaat yang sama teman-temanku saat ini mungkin sudah melupakan uang ribuan, karena di dompetnya tak lagi ditemui pecahah uang itu. Disaat aku harus menguras habis seluruh tabunganku untuk membangun usahaku, disaat yang sama teman-temanku duduk manis dan menemukan bahwa rekeningnya bertambah sekian juta setiap bulannya.

Aku tidak sedang menyesali keputusanku saat ini, aku hanya sedang mencoba menenangkan pikiranku yang kadang sering tergoda untuk menyerah. Ku katakan sekalilagi, jangan menyerah sebelum kau menemui angka 10 tahun di perjalanan usahamu.

Belum lagi terror “negative” yang dilancarkan beberapa saudara ibuku. Mereka sangat ingin jika aku mengikuti jejak mereka menjadi pegawai negeri sipil. Alasan mereka sederhana, tidak perlu repot, tiap bulan ada gaji, ada tunjangan kesehatan, dan ada dana pensiun di hari tua. Dan satu lagi, kau akan tetap bisa memiliki usaha sampingan. Aghrrr, ku teriakan TIDAK ke kepalaku. Kadang harus ku alihkan pembicaraan jika para saudara ibuku sudah mulai menyinggung, “Sudah jadi pe en es sekarang?”

Aku bukannya memandang rendah pekerjaan PNS atau pekerjaan kantoran lainnya, bukan, hanya saja jiwaku tidak cocok. Aku tidak yakin akan bahagia menjalaninya. Bukankah dalam hidup yang kita cari adalah bahagia? Aku hanya tidak ingin terus membebani negara ini. Aku yakin dengan pengetahuan yang kumiliki aku mampu hidup secara mandiri dan layak.

Memang perjalanan ini tidak akan semudah yang ku bayangkan.

hari-hari pengusaha

"bisnis tetap berjalan, sementara kita jalan-jalan"

hehe

itu yang sedang kulakukan hari ini, dengan merekrut beberapa orang yang belum punya pekerjaan, namun memiliki semangat untuk bekerja. ku ajak, ku ceritakan mimpi-mimpiku, ku transfer ilmu yang ku miliki, ku bagi rejeki yang ku dapat, satu hal yang ku minta kepada mereka, bahwa,

"Usaha ini, adalah milik kita bersama, mari kita besarkan, kalian mau dapat uang dari sini? kerja sungguh-sungguh, kejar hasil yang maksimal, jika itu terjadi, saya tidak akan menutup mata, kalian akan dapatkan apa-apa yang menjadi hak kalian..."

***

saya bertemu dengan teman kuliah yang kebetulan mampir ke rumahku, ia berkata, "aku heran sama orang-orang yang punya usaha tapi dia yang sibuk ngurusinya sendiri, contohnya seperti pedagang yang punya toko, setiap hari dia jagain, kadang sampe gak libur."

ku katakan, "masing-masing orang kan berbeda, ada yang memang dia suka kerja, dan ada juga yang dia tidak mudah percaya dengan orang lain. jadinya, agak sulit baginya untuk melepaskan usahanya kepada orang lain."

***

aku teringat pesan seorang dosen, "kamu itu punya potensi, tapi kamu harus bikin tim agar potensimu menjadi lebih powerfull"

Dalam beberapa bulan ini, aku sedang membangun tim dibawah bendera AJS Workshop, sebuah usah di bidang budidaya jamur tiram. sampai hari ini sudah ada 4 orang yang bekerja bersama di sini. awalnya aku ragu, bagaimana nanti membayar mereka? tapi, rejeki mereka kan urusan Allah bukan urusanku, aku hanya menyalurkan apa yang menjadi hak mereka saja.

Dan dari 4 orang ini, aku sudah mendapatkan satu figur yang akan menjadi pemimpin keempat orang ini. awalnya aku terjun langsung, memberi arahan, masukan dan sebagainya. dan sudah beberapa hari ini, peran itu ku kurangi, ku biarkan si 'pemimpin' baru untuk mengawasi, memberi arahan dan masukan kepada anggota yang lain. dan kulihat, cukup berhasil.

saatnya aku mulai mengambil peran lain yang lebih menantang. hehe


***

ohya,

jika kita ingin orang-orang kita loyal kepada kita, maka satu hal yang harus kita lakukan adalah kita harus loyal kepada mereka terlebih dahulu.

laki-laki itu jika di beri tanggungjawab yang menantang, egonya akan terpancing untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya. ada baiknya anda mulai memberikan tantangan-tantangan kepada 'orang-orang' anda...

bersambung....


Tak disengaja

dalam tulisan yang lalu, saya pernah menceritakan sebuah pertemuan yang tidak disengaja dengan seseorang di sebuah toko buku.

tadi, beliau menelpon lagi dan bertanya tentang "dimana posisi?"
kukatakan bahwa aku masih di lampung, menyelesaikan proses transfer tanggung jawab ke manajer produksiku yang baru.

ku tanyakan, "emang ada apa bang?"
"nantilah, kalo sudah di medan.."
"gak ada bocorannya?"
"ya... proyek bagi-bagi rejeki...hehe"


aku berfikir.."wow..luarbiasa"
bagaimana mungkin seorang yang baru saja sekali bertemu, berkenalan dan berbincang dalam beberapa menit, bisa begitu yakin berurusan masalah uang denganku...

aku tetap berpikir positif, bahwa ini bagian dari skenario Allah untukku.

* aku masih membayangkan, sosok yang menegurku di toko buku itu, muda, kelihatan sekali dari pakaiannya ia sudah sukses di usianya yang terpaut mungkin hanya 3 tahun dariku. setelah 3 bulan berlalu, ia masih menghubungiku, tidak sekedar bertegur sapa, namun sudah masuk ke urusan yang jauh lebih serius... masalah UANG

dah lama

seorang teman bertanya, dah lama blog ini tidak di isi (di update)

"sibuk" jawabku...
"satu lagi kurang ada dorongan untuk menulis..."

hehe, memang sudah lama sekali aku tidak menulis, bahkan untuk project pribadikupun tidak ada perubahan yang signifikan.

kasihan orang-orang yang senantiasa datang ke blog ini, sementara informasi yang diharapkannya tidak kunjung berubah.

memang dalam beberapa waktu belakangan ini ada beberapa proyek menulis (yang sifatnya sangat pribadi) sedang ku garap, dan hasilnya akan kuberikan kepada beberapa orang yang ku anggap penting dalam memberi inspirasi dalam tulisan tersebut. namun, semua masih berada dalam coretan-coretan kasar di folder "tulisan" di komputerku.

agaknya, faktor pendorong yang utama selain diri sendiri adalah lingkungan yang kondusif. ada baiknya kita memang menciptakan lingkungan-lingkungan itu, atau bergabung dengan yang sudah ada. bagi kita yang ingin rajin menulis ada baiknya kita sering-sering bergabung dengan penulis, bagi kita yang pengusaha, ada baiknya sering-sering bergabung dengan lingkunga pengusaha dan seterusnya. ya, harus kita akui bahwa faktor lingkungan memberikan banyak sekali pengaruh dalam pembentukan karakter kita.

ok, tunggu aku ya...

salam


*terima kasih untuk yang sudah mengingatkanku