Apel dengan Apel (Hari2 'katanya' Pengusaha)

Kalo membandingkan sesuatu itu dengan yang sebanding, jangan mengambil perbandingan dengan sesuatu yang tidak sebanding. Jika bandingin apel ya dengan apel, tidak dengan jeruk apa lagi durian atau semangka. Tidak imbang.

Suatu sore yang cerah, seorang ayah menasehati anaknya dengan kata-kata di atas, apa pasal? Si anak memuji sang ayah yang telah merengkuh pundit-pundi kesuksesan dari pekerjaannya sebagai pengusaha. Sedangkan si anak, hingga hari ini, belum juga terlihat bahwa kehidupannya semakin membaik.

Sang ayah bertanya, “Sudah berapa lama kau, menyusuri jalan sebagai wiraswasta atau pengusaha?”

“Satu tahun ini”

“Bapak untuk sampai pada kondisi sekarang ini, perlu 15 tahun yang penuh dengan perjuangan dan kesabaran, sedangkan engkau baru saja satu tahun.”

“Kalo membandingkan sesuatu itu dengan yang sebanding, jangan mengambil perbandingan dengan sesuatu yang tidak sebanding. Jika bandingin apel ya dengan apel, tidak dengan jeruk apa lagi durian atau semangka. Tidak imbang.”

“Jika kau ingin berkaca, lihatlah orang-orang yang selevel denganmu, baik usia, lama perjuangan dan hal-hal lain yang sebanding. Bapak justru bangga denganmu, di usia yang masih sangat belia ini, kau sudah berani mengambil sebuah keputusan penting dalam hidup yang akan sangat berpengaruh pada kualitas hidup dan masa depanmu. Di usia yang masih sangat muda, kau sudah berani mengambil resiko, keluar dari pekerjaan yang telah memberimu semua fasilitas hidup, menuju sebuah hidup yang belum jelas ujungnya. Dan itu sebuah prestasi, bapak yakin bahwa kau akan lebih sukses dari apa yang kau pikir dan impikan.”

Terkadang, kacamata kita sering salah dalam melihat. Kadang kita harus sering-sering mengganti kacamata untuk dapat melihat dari berbagai sisi. Kadang ada hal-hal yang menurut kita baik, dalam pandangan yang lain justru kurang baik. Dan banyak hal lain dalam kehidupan ini yang sering membuat kita takut, khawatir dan ragu-ragu, justru semua itu kadang hadir tanpa alasan yang benar atau dari sudut pandang (kacamata) yang benar.

Seperti seorang anak tadi yang memandang hanya ‘ujung-nya’ saja dari perjuangan panjang bapaknya. Dan di saat yang bersamaan, justru si bapak merasa bangga, jika anaknya yang masih muda belia ini, berani mengambil keputusan ‘radikal’ dalam hidupnya.

No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat